Saturday, September 16, 2017

Muslim Rohingya (Cerpen Jejak Kaum Minoritas Muslim Rohingya)



Jejak Kaum Minoritas Muslim Rohingya

Jejak-jejak berlumur darah masih terasa menempel di telapak kaki mereka, keringat yang membasahi sekujur tubuh bukan berarti gugur setelah berolahraga tapi menahan takut yang berhadapan dengan selaras panjang. Angin berhembus tak mampu meredam gemetar tubuhnya apalagi menormalkan detak jantung mereka. Was-was, risih, takut, pilu, bercampur padu menjadi penderitaan yang tak habis-habisnya. Pembantaian nyawa yang tak berdosa bukan panorama yang baru, sudah berangsur-angsur seiring peradaban zaman pemandangan itu menghiasi daerah yang dikucilkan itu. Suatu daerah yang berpenduduk muslim tapi sebagai minoritas bukan mayoritas. Daerah itu diakui dalam suatu kesatuan Negara Myanmar namun petinggi negara hanya terdiam melihat kejadian-kejadian yang ada di daerah tersebut. Negara yang terletak di Asia Tenggara, dikelilingi beberapa Negara dari bagian utara Negara ini berbatasan dengan China dan India. Di sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Banggala dan Thailand. Sebelah timur bebatasan dengan China, Laos dan Thailand. Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Banggala dan Bangladesh. Tapi bentuk solideritas antar Negara temaram adanya lantaran Negara-negara tersebut hanya bisa menyaksikan penderitaan kaum itu, bahkan Myanmar pun yang merupakan rumah mereka hanya bisa terpaku dan acuh.
        
          Jika mereka diperkenankan memilih oleh Tuhan, tak akan ada yang ingin tinggal di Rohingya daerah yang menjadi bulan-bulanan pemerintah dan kaum mayoritas. Bahkan mereka dianggap sebagai imigran muslim illegal asal Bangladesh. Tapi ini suatu suratan yang diterima oleh meraka, menjadi kaum minoritas di negeri itu. Mereka ingin tinggal di negeri Khayalan seperti Indonesia, yang menjunjung tinggi toleransi beragama. Mereka ingin inggal di daerah yang terlindung dari ancaman nyawa layaknya Singapur. Bukan di Negara yang menikam rakyatnya sendiri.
Setiap menit dalam pikiran mereka hanya bertahan hidup dan selalu mendekap keyakinannya. Mereka mengharapkan dunia menyaksikan penderitaan yang begitu memilukan dan tak hanya diam tapi memberi uluran tangan. Konon dunia memiliki asosiasi perdamaian, tapi ketika hak asasi manusia mereka terenggut siapa yang angkat bicara dan membela mereka tak ada. Hanya segelintiran orang saja yang rela mengulurkan tangannya. Harapan mereka pun muncul tergantungkan pada wanita perkasa yang menyandang Nobel Perdamaian pada tahun 1991. Yang diidam-idamkan kaum tersebut.
“semoga ini menjadi awal perdamaian dan kesejahteraan kaumnya” ucap salah satu pemuda yang berpengaruh di kaum itu.
Harapan itu pupus dan robek dari hati mereka ketika anak-anak mereka dibunuh dengan sadisnya, orang tua mereka dipenggal lehernya, gadis-gadis perawan diperkosa dengan ganasnya. Timah panas menjadi bahan mainan yang siap ditembakan pada siapa saja yang membangkang. Hilang sudah harapan itu. Menjadi puing-puing pecahan kaca. Beberapa Negara tetangga memilih membantu Rohingya sebagai bentuk solideritas dan empati sebagai manusia. hati mereka menjerit meminta pertolongan pada manusia-manusia bernurani. Alih-alih banyak Negara yang menutup mata akan konflik tersebut, bahkan menolak kaum minoritas itu hijrah atau berlindung ke Negara-negara tetangga. Sungguh teriris melihat penderitaan kaum itu. Tak ada lagi yang bisa dipertahankna selain iman dan nyawa. Bangunan madrasah, masjid dan tempat tinggal mereka sudah tinggal kerangka yang rapuh. Semua itu telah dihanguskan oleh manusia-manusia jelmaan syetan yang ada di Negara tersebut. Kepentingan politik adalah dalang dari mencuatnya hawa nafsu iblis yang ada pada manusia-manusi berkepala reptile itu. Mengambil data penelitian yang mengejutkan bagi pengusaha bermata dolar di negeri sadis. Konon daerah rohingya itu mengandung minyak bumi yang berlimpah. Tetapi cara yang digunakan untuk memanfaatkan keuntungan tersebut layaknya para gerombolan binatang-binatang liar.
Disela-sela berlindung kaum itu, mereka ingat dengan sejarah kelam pada kaumnya ketika mereka masih dijuluki sebagai Suku Arakan yang memiliki kerajaan tersendiri, hidup tenang dan penuh kedamaian, menjunjung tinggi syariat Islam selama 3,5 abad sebelum diserang oleh raja budha dari Suku Birma. Kerajaan Islam pada ssat itu pun dikalahkan oleh Suku Birma. Kemudian Suku arakan dimasukan kedalam daerah kekuasaannya sehingga menjadi tidak berkembang. Itulah awal mula konflik mereka terjadi.
        Sampai detik ini pun darah dan tumpukan nyawa menjadi saksi keganasan kaum Birma yang sekarang. Rohingya menjadi daerah membisu terisolasi dari keramaian. Ditikam dengan berbagai senjata dari sudut mana pun.
Kini mereka hanya berharap pada jutaan mata yang menyaksikan penderitaan mereka. Dan yakin akan kekuasaan Allah yang senantiasa menguatkan iman yang ada dalam diri mereka.  Dan scenario Allah akan dimulai dengan strategi yang tak diketahui oleh Negara Dzolim tersebut.

Tangerang, 17 September 2017

1 comment:

Contoh Surat Lamaran Pekerjaan yang Dibutuhkan Oleh Industri dan Instansi

            Surat lamaran pekerjaan merupakan surat resmi yang ditujukan untuk instansi atau lembaga yang bertujuan untuk mendapatkan pekerj...