Friday, December 28, 2018

(Alunan kata dipenghujung tahun penuh warna)


      Salam hangat untuk penikmat sajak yang tepatnya membaca dengan rasa. Kali ini kucoba menyajikan hidangan hangat dipenghujung akhir tahun 2018.
Bukan dengan cerita seperti sebelumnya; mencoba mendeskripsikan rasa dengan kata yang sesingkat-singkatnya.

(Alunan kata dipenghujung tahun penuh warna)



“Musim Dingin”

Aku membawamu dalam heningku
Di saat hujan tak sanggup mengeluh
Memberimu ruang di sela pekik gemercik
yang kuyup membasahi rasaku

Kehangatan itu kau cipta dengan cinta
Mengalir lembut menyentuh relung tanya
Merawat dan menjaga alir nadi yang terluka
Sejiwa berkontemplasi pada angan sejak lama

Cobalah kau menetap tinggal memberi nyawa
Menghidupi gelapnya sunyi
Menjadi pelita temaramnya sepi

Tangerang, 11 November 2018.


“Pelita Malam”

Selamat datang pelita malam
Salam sapa menjadi syahdu
saatku mengenalmu beberapa waktu silam
kau terlihat layu menimang sanggulmu

Merayu angin mengundangmu datang cukup melelahkan
Berjumpa memluk bayangmu memberi kesan menggairahkan
Tak seberapa beban jika kau berkata kesempurnaan

Jika kau hadir dekat dipangkuan
Tak ada perumpamaan yang tepat disejajarkan
Karena kau pujaan  insan hidung belang
Yang memburu  sanggul dibilik kesepian

20, Oktober 2018










“Tepi Sungai Pelipur Lara”

Sore ini kucoba membersamai senja yang ranum
Dari tubir sungai penuh sesak
Kubawa isi hatimu tuk berpijak
Di bawah rrangkum mega yang kuntum

Percakapan pun kumulai dari deretan bunga pemeluk pagar
Sengaja kusapa dia agar tak mudah layu; tetap hingar
Pelataran damai coba mengendapkan bayangmu
Menggerogoti sisa-sisa dentuman hebat
Meninggalkan sisa-material masa lalu
Beku , menggumpal bola gas seperti di masa arkaikum

Aaaaah ... !
Lupakanlah itu prolog masa dimana kau orang baru di kertasku
Semoga dari namamulah tintaku mengalir tanpa sembilu
Pun nafasku berhembus tak memburu
Di sepertiga malam ketika kumembujuk rayu.

Kemuning, 11 Desember 2018






“Rumahku”

Harus bagaimana lagi kutata rumahku
Yang anggun dan elok dengan lambang garudanya
Perkasa dengan merah putihnya
Kokoh dan tegak dengan pondasi Pancasila dan Undang-undang 45

Ruang tamuku sejuk dengan ragam agama dan budaya
Perabotan rumahku unik dan antik
Terpangpang bingkai-bingkai kelas tinggi yang menarik
Mulai dari masjid, kelenteng, pura, piara hingga gereja
Hanya ada dirumahku karunia Tuhan tak terhingga

Wahai sahabat dan sanak saudara
Tak usah kau datang merubah seisi rumahku
Cukuplah kau tinggali dengan sejatimu
Mencintai perbedaan dan mulailah menghargai
Menyadari bahwa kita berpijak di tubuh rumah yang sama.

Jatiuwung, 03 November 2018.







“Tragedi Selat Sunda”

Innalillahi Wainnailaihi Rojiun
Selembar duka menyelimuti Carita dan Pesisirnya
Amukan semesta pada mahluk bernyawa
Menghantui iman yang rapuh dijiwa
Baku hantam yang hebat berujung hilang nyawa,
dari mereka yang tak siap pulang pada waktunya
Malam pukul sembilan kejadiannya
Kami terlelap di tubir pantai menjadi insan lupa
Secara seksama asik berdansa sntah setatusnya
Tak ada peduli apa ujungnya, yang ada hanya pesta bergembira
Walau gemuruh cukup memberi tanda
Kami hirau seolah biasa saja
Hati dan seisinya lupa atas kuasa-Nya

Malam semakin asyik diiringi tembang ternama
Lampu berkelip mengubah panorama eksotis menjelma
Bercumburayu mungkin inilah tempatnya
Sampai akhirnya 30 menit berlalu begitu saja
Kami diterkam air laut yang murka
Mengombang ambing, menghantam ratusan jiwa
yang asik sebelumnya berhiporia

Ngeri !!!

Ketika mata terbuka; malam menutup cahaya
menjadi gelap penuh luka
tidak ada sorak bersua
pun lantunan merdu kipas-kipas pohon kelapa
Semua porak poranda menjerit menyebut asma-Nya
seolah menunjukkan iman kepadanya:
Astagfirullah...!
Masya Allah ...!
Gusti Allah ...!
Allahuakbar...!
Innalillaaah...!

Seketika sepi sejadi-jadinya
Bingkai wajah hilang merona
Luruh tubuh terdampar membiru bisu
Lalu kami dirundung duka dan pilu

Serang, 24 Desember 2018.






“Lakon Para Wayang”

Aku menghela nafas, saat bercerita pada gelapnya sunyi
Sebuah naskah berisi problematika negeri yang menjadi-jadi
Kisah ini cukup kusematkan pada pijar yang bernyanyi
Tanpa instrumental musikalisasi

Kau tau?
Hei apa kau juga tau?
Cukup kita yang rendah
Mampu mencium lakon yang lumrah
Jutaan mata berkedip cepat mencari ranum cahaya menderang
Tapi Aku tak sanggup lagi mendekap sinar uluran kebenaran
Semua mengaku benar sebagai insan pilihan
Memproklamirkannya di atas mimbar menjulang
Bahwa: PANCASILAIS, NASIONALIS, AGAMIS BERMARTABAT MERAKYAT,
adalah kain suci yang dikenakan
Mereka bertaruh kekuasaan dan kerakusan
demi kursi yang dikeramatkan
memfonis keadilan dengan standar rendahan
menyajikan kebohongan sebagai imitasi kebenaran
sampai tercapai kesejahteraan;
demi memenuhi celengan kemanusiaan.

Huuuuusttt !
Ironisnya lakon ini menjadi pijakan penonton para wayang
Membenarkan segala cacian yang dihalal-halalkan
Membela secarik sabda yang telah dilontarkan
Di atas pagelaran sandiwara
dan kemudian penonton bertepuk tangan hiporia
bersorak-sorak mendesak nurani
berjaya menginjak pekerti.

Kronjo, 14 Desember 2018.



“Cerimin Hitam”

Aku di ambang kerapuhan
Di penghujung kepunahan
Akalku bersahabat pada api
Imanku, imanku, imanku... berlari
Terbirit malu menuju hulu

Lagi-lagi kunistakan ajaran-Nya
Menggelombang hanyut lupa darat-Nya
Tak bosan-bosan kupeluk Istighfar
Tapi esok asma itu kembali terdampar

Wahai Yang Maha pengampun
Yang sudi memberi ampun
Yang terang penuh kasih sayang
Dimana daratanMu?
Gapai aku kejalan yang Kau sebut Sirotol Mustaqim
Aku terlena diombang-ambing masa lalu
Sungguh ku ingin kembali pada jalanMu.

Cibubur, 02 Desember 2017.





“Secangkir Kopi Pagi”

Seperti sediakala kutuangkan rindu
pada secangkir kopi yang melarutkan pilu
Seperti sediakala kuterima bayangmu
menari-nari di paruh waktu
Tanpa kusudahi gerakmu
yang memburu nafas jiwa peramu
Lalu segera kuteguk nuansamu
dalam manisnya kopi hitamku.

Tagerang, 25 Juli 2018.


“Kunci Dalam Damai”

Sudah tiada gurau yang bersemi
Tak ada alasan datang menepi
Pun celah untuk pergi
Cukuplah senyummu menetap dalam sanubari

Walau kadang tertatih-tatih
Menyapu ragu yang berlebih,
mengalah dan berserah
adalah jalan yang sunyi
agar kau tetap kembali.

Tangerang, 29 Juni 2018.


“Jalan Sunyi”

Aku ingin duduk di sampingmu
setiap saat mata terpejam
Bersandar di bahumu yang bukan tumpuanku
Aku hilang sadar
kala luka yang kau tanam menjalar
Tak ingin menghindar
Cukup butir permata yang jatuh
sebagai ramu pemudar

Aku ingin tetap terpejam dan bersandar
berkeluh kesah pada angin yang melambai-lambai
Hingga pintamu datang mengetuk jendela mataku
seolah kita baik-baik saja dan saling jatuh cinta.

Kronjo, 28 Juni 2018










“Raut Wajahmu”

Bising menyadarkan lelapku
Dari buayan ranjang masa lalu
Timbul ngilu
menatap wajahmu
kuterwang sirahnya
menguntum benih era baru
yang beriak idiologi radikal
tak berpangkal pancasila yang kekal
ku terawang pipi kanannya
memar, lebam karena pukulan telak koruptor
yang tak malu-malu menimbun uang kotor
kuterwang pipi sebelah kirinya
membengkak oleh serbuk narkotika
ku terawang mulutnya
sungguh lesu!, kaku
jauh dari ajaran spiritualnya
lalu sekujur tubuhnya memprihatinkan!
Penyakit fitnah kronis menjalar mengakar
Jampa-jampi tak mempan melawan
Sihir cacian dan fatwa remang membinasakan.

Tangerang 08 Agustus 2018.


"Bayang-Bayang Rindu"
Sepikul rindu menimang tubuh wanita pedalaman dengan pungguk mengendur tergopoh-gopoh kelelahan
 Langkahnya tak beraturan
tak mampu menahan terjalnya perjalanan

  Sepikul rindu meruncing hati pedalaman Sedih menatap bayang-bayang temaram Memudar, menipis teriris belati zaman Menyisakan bingkai kejayaan di waktu kelam  yang membias sukma wanita pedalaman

Sepikul rindu menimang kaki pedalaman Doanya tersusun menghadap pintu pengabulan Sujudnya menetap tiada kelenggangan  Tasbihnya berputar seiring tikaman roda zaman hanya demi pengangkatan rindu di malam yang kelam.

01, Syaban 1438. H.

Wednesday, November 7, 2018

PERJALANAN-PERJALANAN NOVEL


Praktik Palsu Di Negeri Khayalan
Novel
Pagi ini langit mengutuk keras mentari untuk tetap meredup sampai awan hitam menangisi semesta. Kicauan-kicauan syahdu menyerupai instrumental merdu tak terdengar melengking, hanya terdengar decak tangis yang sunyi di pagi hari. Aktifitas insan-insan petarung tak sehebat biasanya, yang terkadang menggeluti rimbanya bumi.
Jam dinding menunduk lesu dengan jarum jam yang tak tegak menunjuk terpampang di sudut kamar beruykuran 4 kali 5 meter. Kamar sederhana penuh catatan-catatan jadwal yang mengatur aktifitas hidup. 
“Hei Nak Fauzi bangun !, lihat jam dinding di sudutmu sudah pukul 07.00. bukannya hari ini kamu mau melamar kerja sebagai guru di SMA Hikmah Nusantara”, printah si Mbok, sambil tangannya sibuk menarik-narik selimut lessu.
“Astagfirullahaladzim, Mbok saya ketiduran setelah solat subuh tadi” jawab Fauzi sasegera bergegas dan kalang kabut.
Si Mbok hanya tertawa pelan melihat Fauzi keponakannya itu terpingkal-pingkal lari ke kamar mandi. Memanglah sikap sarjana muda itu sering kali tergesa-gesa jika ada kegiatan, maklum ia mudah ngantuk sekaligus pelupa. Dalam perjalanan hidupnya tak sedikat kejadian yang membuat teman-temannya tertawa mengocok perut karena ulahnya. Pernah seketika ia tertidur di atas motor sampai menabrak mini bus yang sedang berhenti. Alhasil motor keluaran baru di tahun itu nyaris menjadi rongsokan yang tak  berguna, tapi sukurlah motor itu kembali bernyawa dan berguna kembali.
Baiklah kawan cukup prolog dari buku ini. Kini aku sendirilah yang harus menorehkan cerita dengan penuh material-material inti dari perjalanan hidupku. Yah inilah aku, Fauzi Nur Hidayat, tercatat di dikti sebagai seorang serjana lulusan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Di usia yang ke dua puluh tahun ini akhirnya aku berdiri kokoh sebagai lulusan berkompeten di bidangku. Kalau kalian bertanya apa jurusanku di masa kuliah akan aku jawab: Program Studi yang aku ambil adalah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jadi kalian pasti mengira saya sebagai ahli puisi, ahli cerpen, atau ahli melobi dosen. Aaaah tidak, aku tak pandai melobi dosen untuk mendapat nilai yang baik, atau dapat jaminan nilai "A" di mata kuliahku. Cukuplah perkenalan pertama ini aku sudahi, semoga mata kalian bisa mengenalku dan saling memandang lebih dalam dari perkenalan singkat ini. Soalnya hari ini ada berkas lamaran yang sudah siap akan kubawa ke instansi pendidikan. Doakan kaririku kawan agar melejit seperti burung elang. Sampai jumpa!

***

Berpakaian rapih berdasi dengan sepatu kulit mengkilap sebenarnya bukan gayaku, tapi memang seperti inilah paras yang diinginkan dunia pendidikan. Agar terlihat sopan dan berwibawa di hadpan orang. Memanglah berpakaian mencerminkan etitut seseorang, maka para guru atau pendidik selalu berpakaian rapih. Aku pun penuh semangat di hari Senin pagi ini. Biasanya tubuhku di jam pagi masih tersaji di potongan bantal yang lezat, jelas lezat karena bantal secara tak sadar membuat kita tertarik untuk menggaulinya dengan kantuk yang hebat. Hari yang berharga ini sudah semua gerbaong zona nyaman kuterabos dan kuhancurkan. Baru hari inilah aku menjadi pejuang pagi, itulah tekad yang sejak dulu sulit kuimplementasikan. Padahal niat demikian sudah tertanam dari tahun lalu sejak aku masih sibuk-sibuknya menjadi mahasiswa tingkat akhir, tapi nyatanya aku selalu tersungkur dan lelap ditemang-timang kelalaian.“Aku yang dulu bukanlah yang sekarang dulu pengangguran sekarang baru cari kerjaan” nyanyian hati yang melengking di sudut-sudut kalbu. Tapi itu hanya sepintas penghibur diri. “Bismillahirahmanirahim selamat sampai tujuan” ucapku sambil menyalakan motor legendaku. Huuuuuuuust .....

***
Rumah Baru Di Lingkungan Berdasi.

Awan-awan kelabu masih membungkam mentari untuk sempurna menampakkan wajah di langit. Sedikit jidatnya menonjol demi menyinari semesta yang gelap gulita. Terik tak berdaya menjelma penyemangat raga, kali ini ia berkompromi dengan ilahi, tuk mengistirahatkan separuh jiwanya yang lelah dengan ulah manusia. sorot sinarnya yang sedikit tak meluluhlantahkan sarjana muda yang bersemangat menyongsong hidup penuh asa.
Lingkungan yang asri dan bangunan-bangunan kokoh tersaji pada mataku. Kutatap sekelilingku sekumpulan orang berpakaian rapih berwarna putih dan hitam. Berdasi dan memakai pantofel kinclong beserta tempat peneduh rambut yang sering disebut peci. Niatan menjadi pendidik semakin menguat kala kumelihat wajah-wajah belia yang murni. Tidak ada gincu di wajahnya, apalagi pemutih buatan yang palsu.
Aku melangkah cepat dari tempat spedah motorku. Iyah aku ini pemalu jika kaki asing menginjak pelataran baru. Mata ini sejak aku turun dari spedah motor, tak henti-hentinya memantau segala seisi lingkungan di sini. Kali ini kucari kantor yang bertuliskan office. Bukan berarti kantor ofice boy, salah jika itu tujuanku. Tetapi kantor guru. Yah itulah tujuanku datang ke tempat ini lingkungan yang dihiasi dengan penampilan-penampilan manusia berdasi.
“Assalamualakum, Pak, Bu, ada Bapak Kepala Sekolahnya?” ucapku.
“Ada Pak, dikantornya” jawab salah satu lelaki yang berpeci hitam dan bertubuh gempal.
“Dimana yah Pak kantornya” tanyaku dengan wajah pemanis buatan.
“Bapak lurus saja dari sini, nanti ada ruangan warna hijau, nah cari deh tulisan kantor Kepala Sekolah di situ Pak” sambil mengarahkan jari jempolnya.
“Terimakasih Pak”.
Dalam hatiku menerka “Pasti Bapak tadi guru PNS yang sudah bertahun-tahun dilantik”. Biasanya guru PNS wajahnya mulai terpahat waktu, dan berperut besar ketimbang guru honorer yang terlihat cungkring.
ketika berjalan aku bertanya-tanya pada bumi yang kupijak dan seisinya “Apakah langkahku diridhoi oleh penciptamu, sedangkan aku ini orang yang pernah merendahkan guruku dulu. Ketika ia bicara menjelaskan materi, aku sering mengobrol dibelakang, lalu ketika ia memberi tugas individu, aku sering pula melalaikannya. Sedangkan dalam kitab Ahlakulilnbanin yang dulu kupelajari. itu semua tindakan yang tak senono. Bahkan bisa menerima hal yang serupa ketika kita berada di posisi yang sama”. Pertanyaan ini belum terjawab dihidupku, mungkin akan terjawab ketika lamaranku ini diterima di salah satu instansi pendidikan.
“Assalamualaikum?” salamku di depan pintu kantor kepala sekolah yang masih tertutup rapat. Belum ada jawaban yang membalas salamku. Untuk yang kedua kalinya kulantunkan lagi salamku yang manis.
“Assalamualaikum” dengan suara yang lebih keras.
“Walaikumussalam” terdengar suara yang membalas salamku dari balik pintu. Kemudian terdengar kembali suara dari balik pintu itu yang memintaku untuk masuk. “masuk saja Pak, tidak dikunci!”
Kreeek... kulangkahkan kaki kananku terlebih dahulu untuk masuk. Segera kujabat tangannya Bapak yang juga berbadan besar dan sedikit buncit itu. Pakaiannya begitu sangat rapih lengkap dengan atribut pegawai kantoran. Bahkan sepatu dan warna pecinya lebih hitam dari kebanyakan gurur-gurur yang lain. Beliau menatapku tajam dengan matanya yang berlapis lensa tebal, tiba-tiba jantungku berubah menjadi beduk subuh yang mengusik telingaprajurit bunga tidur.

Bersambung***




Sunday, October 14, 2018

Cermin-cermin Hitam

"Lakon Para Wayang"

Aku menghela nafas saat bercerita pada gelapnya sunyi
Sebuah naskah berisi problematika negeri yang menjadi-jadi
Kisah ini cukup kusematkan pada pijar yang bernyanyi tanpa musikalisai

Kau tau ?...
Hei apa kau juga tau ?...
Cukup kita yang rendah
Mampu mencium lakon yang lumrah

Jutaan mata berkedip cepat mencari ranum cahaya menderang
Tapi Aku---sudah tak sanggup mendekap sinar; uluran kebenaran
Semua mengaku benar sebagai insan pilihan
Memproklamirkan di atas mimbar menjulang
Bahwa; pancasilais, nasionalis, agamis, bermartabat, dan merakyat adalah kain suci yang selalu dikenakan

Mereka bertaruh kekuasaan dan kerakusan demi kursi yang dikeramatkan
Memfonis keadilan dengan standar rendahan
Menyajikan kebohongan sebagai wujud imitasi kebenaran
Sampai tergapai kesejahteraan untuk memenuhi celengan kemanusiaan.

Huuust...!
Kau tau ?...
Apa kalian tau?...
Ironisnya lakon ini menjadi pangkal pijakan bagi penonton para wayang
Membenarkan segala cacian yang dihalalkan
Membela secarik sabda yang telah dilontarkan di atas pagelaran; sandiwara
Dan kemudian penonton bertepuk tangan hiporia
Bersorak-sorak mendesak nurani
Berjaya menginjak pekerti.

Kronjo, 14 Oktober 2018

"Kalut"

Dari balik etalase empat persegi
Kupandang jalan berwajah sepi
Mengundang dahaga pelancong kota,
mengocok perut yang mulai murka

Arah langkah sudi menepi
Memesan hidangan yang penuh isyarat
menggoda syahwat empat puluh derajat

Segelas teh hangat;
Seteguk teh yang melebur pilu
Dekaplah jiwaku dengan hangatmu
jika memang mampu, tak usah ragu, renggutlah nafsu, setubuhi nafasku
agar kau tau kalutnya merindu

Sebatang lisong mencoba membantu
dengan tubuhnya yang molek dan lugu
Kuhisap gumpalan asap pekat dari tubir manisnya,
lalu merasuk mengkebiri segala harap penuh dusta

Lepaslah aku dari rindu menjeruji
Yang kau rangkai dengan kanvas sandiwara
Tak ada lagi Isak yang bernyanyi
cukup rencana dan karma jawabnya.

Jatiuwung 18, Oktober 2018.

"Rumahku"

Harus bagaimana lagi kutata rumahku
Yang anggun dan elok dengan lambang garudanya
Perkasa dengan warna merah putihnya
Kokoh tegak dengan pondasi pancasila dan undang-undang dasar 1945

Ruang tamuku sejuk dengan ragam agama dan budaya.
Perabotan rumahku unik dan antik Terpampang barang antik kelas tinggi yang menarik
Mulai dari lukisan Masjid, Klenteng, Pura, Piara, hingga Greja.
Hanya ada di rumahku ini karunia Tuhan tak terhingga.

Namun saat kau datang seolah bertamu
merangkulku dengan kamuflase ilmu
Menyambangi ruang suci, menetap di sudut nyata
Lalu berkata:
"Heei Rumahmu tak berpondasi kuat !,
Warnanya begitu tamaram tak bersimbolik jauh dari syariat !,
Dan hiasan-hiasan ini terlalu rancuk, cukuplah satu yang sesuai imanmu !. Ruang-ruang penuh pait ampedu,
Aromanya memburu semerbak nafsu !".

Aku menangis meratap perih
Meraba segala kata yang menikam raga
Merobek asa leluhur pembangun bahtera
dari menata hingga berdiri rumahku sejahtera.

Wahai seksama sahabat dan saudara
Tak usah kau datang merubah seisi rumahku
Cukuplah kau tinggali dengan sejatimu
Mencintai perbedaan rumah-rumah di sekelilingmu dan menyadari kita berpijak di tubuh rumah yang sama.

Tangerang, 01 November 2018.

"Musim Dingin"

Aku membawamu dalam heningku
di saat hujan tak sanggup mengeluh
Memberimu ruang di sela pekik gemercik
yang kuyup membasahi rasaku

Kahangatan itu kau cipta dengan cinta
Mengalir lembut menyentuh relung tanya
Merawat dan menjaga alir nadi yang terluka
Sejiwa berkontemplasi pada angan sejak lama

Cobalah menetap tinggal memberi nyawa
Pada diri ini yang mengekang rasa
Menghidupi gelapnya sunyi
Menjadi pelita temaramnya sepi.

Tangerang, 11.11.2018

"Tepi Sungai Plipur Lara"

Sore ini kucoba membersamai senja yang ranum
Dari tubir sungai penuh sesak
Kubawa isi hatimu tuk berpijak
Di bawah rangkum mega yang kuntum

Percakapan pun kumulai dari deretan bunga pemeluk pagar
Sengaja kusapa dia, agar tak mudah jatuh tetap hingar.

Pelataran damai coba mengendapkan bayangmu
Mengobati sisa-sisa dentuman hebat  meninggalkan sisa material masa lalu
Beku, menggumpal bola gas tanpa asap

Aaaaah.....!!!!
Lupakanlah itu prolog; masa dimana namamu asing di kertasku
Semoga dari namamu lah tintaku mengalir tanpa sembilu
Pun nafasku berhembus tak memburu
di sepertiga malam ketika kumembujuk rayu.

Taman Gajah Tunggal, 2018.

Thursday, July 19, 2018

contoh proposal skripsi PTK



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan  mutu  pendidikan secara nasional. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan  pendidikan nasional. Mutu pendidikan yang tinggi menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penyerapan hak asasi manusia, kehidupan demokratis, globalisasi, dan otonomi daerah.
Pemberlakuan Kurikulum K13 oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dan inovatif dalam belajar, mampu mengembangkan potensi dirinya. Dalam Kurikulum K13, standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat keterampilan berbahasa, yaitu belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya (Depdiknas 2003a:2).
Pembelajaran menulis pada siswa SMA yang dilaksanakan selama ini kurang produktif. Guru pada umumnya menerangkan hal-hal yang berkenaan dengan  teori  menulis.  Sementara  pelatihan  menulis  yang  sebenarnya  jarang dibahas atau disampaikan, seperti penggunaan tanda baca dalam menulis, memadukan kalimat, menyatukan paragraf yang baik, kurang mendapat perhatian. Padahal tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa yang meliputi   kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemahiran bahasa  merupakan proses belajar bahasa yang pada umumnya melalui hubungan yang teratur (Depdiknas 1994:1)
Keberhasilan belajar mengajar bergantung pada faktor-faktor pendukung terjadinya pembelajaran yang efisien. Beberapa faktor mengajar yang perlu diperhatikan supaya proses belajar berlangsung baik adalah kesempatan untuk  belajar, pengetahuan awal siswa, refleksi, motivasi, dan suasana yang mendukung. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, diharapkan dapat tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan siswa melakukan aktivitas secara optimal untuk mencapai tujuan keterampilan berbahasa   yang terdiri atas empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tanpa tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan  kosa  kata.  Keterampilan  menulis  tidak  akan  dimiliki  seseorang  secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik secara terus-menerus. Dengan menulis secara terus-menerus dan latihan yang sungguh-sungguh, keterampilan tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja. Keterampilan itu juga bukanlah  suatu  keterampilan  yang  sederhana,  melainkan  menuntut  sejumlah kemampuan. Betapapun sederhananya tulisan yang dibuat, penulis tetap dituntut memenuhi persyaratan seperti yang dituntut apabila menulis tulisan yang rumit.
Selanjutnya menulis sebagai salah satu komponen keterampilan berbahasa dan bersastra, memiliki kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah banyak ditentukan oleh keterampilan menulis. Selain dapat memudahkan siswa berpikir secara kritis, menulis juga dapat digunakan siswa untuk mengomunikasikan perasaan, pendapat, dan pengalaman kepada orang lain. Pada era globalisasi yang serba modern ini, keterampilan menulis dapat meningkatkan taraf hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan yang intensif terhadap kemampuan menulis dengan tidak mengabaikan aspek bahasa yang lain. Hal ini senada dengan pernyataan Tarigan (1986:1), bahwa keterampilan menulis bersifat fungsional terhadap pengembangan diri siswa, baik untuk studi, melanjutkan studi maupun untuk terjun di masyarakat. Dengan keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana menyalurkan kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat melatih keterampilan menulis melalui ragam kegiatan menulis yang dipelajari di sekolah. Ragam kegiatan menulis itu ada dua, yakni menulis sastra dan menulis nonsastra. Kompetensi menulis yang terdapat pada kelas X SMA terdiri atas jenis teks laporan obesrvasi, teks anekdot, dan teks eksposisi, teks prosedural kompleks, dan teks negosiasi. Materi menulis teks laporan hasil observasi tercantum dalam salah satu kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas X, yakni 4.2. Memproduksi teks hasi observasi secara baik secara lisan maupun tulisan. Teks laporan obeservasi merupakan salah satu jenis teks baru dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, teks laporan observasi merupakan jenis teks berbasis pengamatan, maka teks ini mampu mengasah kepekaan siswa terhadap lingkungan. Sebenarnya siswa sudah menggunakan teks ini dalam kehidupan sehari-hari, namun siswa tidak menyadari bahwa teks tersebut adalah teks laporan hasil observasi. Hal lain yang membuat teks laporan observasi penting untuk dipelajari adalah teks ini dipelajari pada dua jenjang pendidikan yang berbeda, yaitu kelas VII SMP dan kelas X SMA. Kemunculannya pada dua jenjang pendidikan yang berbeda ini membuktikan bahwa teks laporan hasil observasi penting untuk dikuasai.
Mengingat pentingnya teks laporan dikuasai oleh siswa, guru sangat berperan dalam proses pembelajaran. Guru dituntut mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat. Namun, pada kenyataannya guru seringkali hanya menyampaikan teori definisi teks laporan hasil observasi, struktur pembentukan teks laporan hasil observasi, dan unsur-unsur kebahasaan yang ada dalam teks laporan hasil observasi. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah cenderung bersifat hafalan serta kurang sesuai dengan pengembangan kemampuan siswa. Guru menganggap siswa akan mampu menulis teks laporan hasil observasi hanya dengan diberikan teori saja. Akan tetapi, teori yang diberikan secara monoton akan membuat siswa jenuh dan malas menulis. Penjelasan teori yang terlalu teoritis membuat siswa bingung ketika menulis teks laporan hasil observasi.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.    Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis teks observasi pada siswa kelas X A SMAN 14 Kabupaten Tangerang setelah mengikuti pemmbelajaran dengan pendekatan problem based introduction.
2.      Bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa kelas X A SMAN 14 Kabupaten Tangerang setelah belajar dengan menggunakan pembelajaran problem based introuction
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1.      Mendeskripsikan  peningkatan  keterampilan  menulis  teks  observasi pada siswa kelas   X IPS A SMAN 14 Kabupaten Tangerang setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem based introduction.
2.      Mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VIIIA SMP Negeri Kajoran Kabupaten Magelang setelah pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis maupun praktis.
1.       Manfaat Teoretis
Manfaat  teoretis  penelitian  ini  adalah  menambah  khasanah pengetahuan tentang menulis teks observasi. Selain itu, mengembangkan teori pembelajaran menulis teks observasi melalui pembelajaran dengan pendekatan problem based introduction.
2.       Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah bagi guru, siswa, dan peneliti.
a.       Manfaat bagi guru adalah memberikan alternatif pemilihan pendekatan pembelajaran menulis teks observasi dan dapat mengembangkan keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
b.      Manfaat bagi siswa adalah dapat meningkatkan keterampilan menulis teks berita.
c.       Manfaat bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan mengenai penulisan teks observasi dan metode problem based introduction.

BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Landasan Teoritis
a.       Hakikat menulis
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam komunikasi adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis adalah suatu proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Ide atau gagasan tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat. Hasil kegiatan menulis dibaca orang lain. Agar orang lain dapat membaca tulisan tersebut dituntut adanya bahasa yang mudah dipahami. Oleh karena itu, keterampilan ini membutuhkan perhatian dan keseriusan dari seluruh penyelenggara pendidikan, terutama guru dan kurikulum yang mendukung.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung tidak tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus  terampil memanfaatkan  grafologi,  struktur kata, dan kosa  kata.    Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Tarigan 1986:3-4).
Sujanto (1988: 56) mengungkapkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dilandasi dengan pengetahuan kebahasaan, baik tentang kaidah-kaidah maupun laras-larasnya dan menulis juga merupakan suatu proses yang tidak mungkin datang adanya latihan.
Menurut Akhadiah (1997:3) menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem  komunikasi  antar  manusia  yang  menggunakan  simbol  atau  lambang bahasa yang sudah disepakati pemakaiannya. Komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu (1) penulis sebagai suatu pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, (4) pembaca sebagai penerima pesan.
Dari  berbagai  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  menulis adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain dengan medium bahasa yang telah disepakati bersama dan tidak secara tatap muka. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif, maka keterampilan ini harus selalu dilatihkan dan disertai dengan praktek yang teratur.
b.      Tujuan Menulis
Menurut Sujanto (1988: 68) tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu  mengenai  diri  seseorang.  Tulisan  mengandung  nada  yang  serasi dengan maksud dan tujuannya. Menulis tidak mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan serasi, tetapi harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan tersebut.
Semi (1990:19) berpendapat bahwa tujuan menulis adalah: (1) memberikan arahan, yakni memberikan petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu; (2) menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang sesuatu hal yang diketahui oleh orang lain; (3) menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang sesuatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu; (4) meringkaskan, yaitu membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi singkat; (5) meyakinkan, yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan orang lain agar setuju atau sependapat dengannya.
Menurut Syafie’ie (1988:51-52), tujuan menulis dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Mengubah keyakinan pembaca; (2) Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca; (3) Merangsang proses berpikir pembaca; (4) Menyenangkan atau menghibur pembaca; (5) Memberitahu pembaca; dan (6) Memotivasi pembaca.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi pembaca, meyakinkan, dan memberi hiburan. Tujuan menulis juga dapat memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian, memberikan informasi tentang sesuatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu, meringkas atau membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat.
c.       Manfaat Menulis
Menulis merupakan sesuatu yang  kompleks. Kekompleksitasan menulis terletak pada tuntutan kemampuan menyelaraskan beberapa aspek, yaitu kemampuan menuangkan ide, gagasan, pendapat yang diramu dengan aturan yang ada, serta keinginan pembaca. Seorang penulis perlu memiliki kemampuan mengungkapkan sesuatu dari tahap prapenulisan sampai dengan perevisian, karena menulis selain untuk membaca tulisan seseorang kalau tulisan itu dikemas sesuai dengan keadaan pembacanya. Dengan demikian, mau tidak mau penulis harus memiliki nalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. Seorang penulis dalam menulis harus memiliki keterampilan menyerap, mencari, dan menguasai informasi yang berhubungan dengan topik tulisan sehingga dengan wawasan itu pembaca menjadi ketagihan membaca tulisannya karena pembaca merasa puas. Hal-hal itulah yang menyebabkan kegiatan menulis merupakan sesuatu yang sangat sulit sehingga orang/siswa kurang berminat untuk dapat menulis dengan baik dan benar.
Akhadiah, dkk (1991 dalam Suriamiharja dkk. 1997:4-5) banyak manfaat yang didapat dari kegiatan menulis bagi penulis itu sendiri yang diantaranya adalah (1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya; (2) penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan; (3) penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguaasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis; (4) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat; (5) penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif; (6) dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret; (7) dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif; dan (8) dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.
Akhadiah (1997 : 14) mengemukakan bahwa manfaat menulis adalah (1) menulis menyumbang kecerdasan; (2) menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreatif; (3) menulis menumbuhkan keberanian; dan (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Dari  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  manfaat  menulis adalah dapat membantu untuk mengungkapkan kemampuan menulis, mengembangkan daya imajinatif dan kreatif, dan menulis sangat membantu penulis menjadi terbiasa berpikir sistematis serta berbahasa secara tertib dan teratur.
d.      Hakikat Teks Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (Dalam Djoroto 2015:19). Observasi merupakan suatu proses yang sangat kompleks, yang tersusun dari berbagai proses biologis & psikologis. Yang terpenting diantara keduanya ialah proses-proses ingatan & pengamatan.
Nawawi & Martini (2010 :50) Menjelaskan bahwa observasi merupakan pengamatan juga pencatatan secara sistematik yang terdiri dari unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala-gejala yang dalam objek penelitian. Hasilnya akan dilaporkan dalam sebuah laporan yang disusun sistematis sesuai dengan aturannya.
Prof. Heru (1999:15-17). Mengemukakan observasi sebagai studi yang dilaksanakan secara sengaja, terarah, sistematis, dan terencana sesuai tujuan yang akan dicapai dengan mengamati & mencatat seluruh kejadian dan fenomena yang terjadi dan mengacu pada syarat dan aturan dalam penelitian atau karya ilmiah. Hasil observasi ilmiah ini, dijelaskan secara teliti, tepat dan akurat, serta tidak diperbolehkan untuk ditambah atau dikurangai dan dibuat-buat sesuai keinginan peneliti.
Dari pengertian di atas mengenai teks observasi, penulis dapat menyimpulkan bahwasannya teks observasi adalah teks yang yang dicatat berdasasrkan hasil pengamatan dengan teliti dan terperinci dilakukan secara sengaja, terarah, sistematis sehingga terencana sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
e.       Tujuan teks observasai
Teks observasi memiliki beberapa tujuan yang terkandung di dalamnya (1) Mengatasi suatu persoalan; (2) Menemukan teknik atau cara terbaru; (3) Mengambil keputusan yang lebih efektif; (4) Melakukan pengawasan dan/atau perbaikan dan; (5) Mengetahui perkembangan suatu permasalahan.
f.       Fungsi teks observasi
Ada pun fungsi dari teks observasi untuk: (1). Melaporkan tanggung jawab sebuah tugas dan kegiatan pengamatan; (2) Menjelaskan dasar penyusunan kebijaksanaan, keputusan atau pemecahan masalah dalam pengamatan; (3) Sarana untuk pendokumentasian; (4) Sebagai sumber informasi terpercaya.
g.      Ciri-ciri teks obserfasi
1.      Bersifat objektif, global, universal.
2.      Objek yang akan dibicarakan/dibahas adalah objek tunggal.
3.      Ditulis secara lengkap dan sempurna.
4.      Ditulis berdasarkan fakta sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan.
5.      Informasi teks merupakan hasil penelitian terkini yang sudah terbukti kebenarannya.
6.      Tidak mengandung prasangka/dugaan/pemihakan yang menyimpang atau tidak tepat.
7.      Saling berkaitan dengan hubungan berjenjang antara kelas dan subkelas yang terdapat di dalamnya. Dan Sifat teks laporan ini: Bersifat informatif, bersifat komunikatif, bersifat objektif.
h.      Model Pembelajaran Problem Based Intruduction
Model pembelajaran Problem based instruction menggunakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah kehidupan nyata. Problem based instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran, melalui pengalaman belajar dalam kehidupan nyata. Arends dalam Trianto (2007 : 68) menjelaskan bahwa Problem based instruction merupakan pendekatan belajar yang menggunakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan siswa, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Problem based instruction berpusat pada siswa.
Problem based instruction merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengaktifkan siswa dalam belajar (Abbas dkk 2007: 8). Guru berkewajiban menggiring siswa untuk melakukan kegiatan . guru sebagai penyaji masalah, memberikan instruksi-instruksi, membimbing diskusi, memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri . guru diharapkan dapat menberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Pelaksanaan Problem based instruction didukung dengan beberapa metode mengajar diantaranya metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, penemuan dan pemecahan masalah.
i.        Karakter Problem Based Intruction (PBI)
Karakter Problem Based Instruction Arends dalam Trianto (2007: 69-70) menyatakan bahwa pengembangan Problem based instruction memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Pengajuan pertanyaa atau masalah problem based intruction menggunakan masalah yang berpangkal kehidupan nyata siswa di lingkungannya. Masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami, siswa sehingga tiddak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
2.      Adanya  keterkaitan antar disiplin ilmu apabila problem based intruction diterpkan pada pembelajaran mata pelajaran tertentu, hendaknya memilih masalah autentik sehingga ketika memecahkan masalah siswa melibatkan berbagai disiplin ilmu.
3.      Penyelidikan autentik Problem based instruction mewajibkan siswa melakukan penyelidikan autentik menganalisis dan merumuskan masalah, mengansumsi, mengumpulkan dan menganalisis data, bila perlu melakukan eksperimen, dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah.
4.      Menghasilkan dan memamerkan hasil suatu karya. Problem based instruction menuntut siswa menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan bentuk penyelesaian masalah dan menyusun hasil pemecahan masalah berupa laporan atau mempresentasikan hasil pemecahan masalahan di depan kelas.
5.      Kolaborasi
Problem based instruction memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Guru juga perlu memberikan minimal bantuan pada siswa, tetapi harus mengenali seberapa penting bantuan itu bagi siswa agar mereka lebih saling bergantung satu sama lain, dari pada bergantung pada guru.
6.      Tahapan Problem Based Instruction tahapan Problem based instruction dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian hasil kerja siswa.
Problem based instruction dapat dijadikan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri. Siswa harus mengansumsi, mengumpulkan informasi, menginterpretasi data, menginferensi, menganalisis, dan mengevaluasi. Ratumanan dan Holil (2008) berpendapat bahwa pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Problem based instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah, keterampilan berpikir dan perlibatan siswa dalam pengalaman nyata. Model ini dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah serta untuk mendapatkan pengetahuan tentang konsep – konsep penting. (Abbas dkk 2007:9). Siswa dituntut untuk mengajukan pertanyaan dan permasalahan serta mencari sendiri jawaban atau pemecahan dari permasalahan yang diajukan melalui penyelidikan autentik dan kerjasama dengan teman kelompoknya sehingga diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian yang dilakukan Sumarsono (2006), penerapan Problem based instruction dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran fisika. Penerapan Problem based instruction diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.
B.     Kerangka Berfikir
Keterampilan menulis teks observasi siswa kelas X IPS A SMAN 14 Kabupaten Tangerang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor itu diantaranya dari siswa itu sendiri, maupun strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pemilihan strategi dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar. Selama ini pembelajaran teks hasil obsservasi yang dilakukan oleh guru masih dengan strategi ceramah dan pemberian contoh secara lisan. Hal ini menyebabkan siswa tidak memiliki contoh konkrit, sehingga siswa kesulitan dalam menuangkan idenya dalam menulis teks hasil observasi
Dengan munculnya permasalahan tersebut, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Silkus I dimulai dengan tahap Perencanaan, yaitu berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan  masalah.  Pada  tahap  tindakan,  peneliti  melakukan  tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan adalah mengadakan proses pembelajaran menulis lapran hasil observasi dengan pendekatan problem based introduction. Tahap observasi dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Hasil yang diperoleh dalam pembelajaran kemudian direfleksi. Kelebihan yang diperoleh dalam siklus I dipertahankan, sedangkan kelemahan yang ada dicarikan pemecahannya dalam siklus II.
Setelah perencanaan pada siklus II diperbaiki, tahap berikutnya yaitu tindakan, dan observasi dilakukan sama dengan siklus I. Hasil yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi pada siklus II kemudian direfleksi untuk menentukan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam proses pembelajaran. Hasil tes siklus I dan siklus II kemudian dibandingkan dalam hal  pencapaian  nilai.  Hal  ini digunakan  untuk mengetahui keterampilan teks laporan hasil observasi dengan metode problem based introduction. 









BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif. Arikunto mendefinisikan PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Jadi dapat disimpulkan PTK adalah kajian yang dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasional dan memiliki tujuan memperbaiki praktik pembelajaran yang telah dilaksanakan. Suharismi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h. 58
Sementara Mills mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “systematic inquiri” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukan. Informasi ini digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan “reflective practice” yang berdampak positif dalam berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar siswa. Suharismi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h. 58
Menurut Hopkins, dalam Sadikin dkk, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas ,(Jakarta: Insan Cendikia, 2008:13) PTK disebut dengan classroom action research”. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Hal ini disebabkan jenis penelitian ini mampu menawarkan berbagai cara dan prosedur baru yang lebih mengena dan bermanfaat dalam memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di kelas Beberapa karakteristik tersebut dapat dijelaskan bahwa kegiatan PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang secara langsung dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pengajaran di kelas. Guru sebagai jajaran staf pengajar di suatu sekolah secara praktis mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapi di kelasnya berkaitan dengan permasalahan pengajaran. Melaksanakan PTK, para guru, pendidik, dan peneliti  yang terlibat akan secara langsung mendapatkan metode yang tepat yang dibangun sendiri melalui tindakan yang telah diuji kemanjurannya dalam proses pembelajaran.
PTK juga dapat berfungsi sebagai pemicu dan pemacu kemampuan guru dalam penelitian jabatan guru sehingga dapat dikatakan bahwa PTK berpijak pada dua landasan, yaitu : pertama, involvement merupakan keterlibatan langsung guru dalam penggelaran PTK. Kedua, improvement merupakan komitmen guru untuk melakukan perbaikan, termasuk perubahan dalam cara berpikir dan kerja.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPS A SMAN 14 Kabupaten Tangerang menjadi lebih memuaskan, komponen yang dikaji dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A, materi pelajaran, peralatan, hasil belajar, dan media pembelajaran.
Praktik pembelajaran tersebut terbagi menjadi dua 2 siklus yaitu: siklus I, dan siklus II. Siklus I merupakan kegiatan penulis untuk mengetahui kondisi siswa mengenai kemampuan menulis surat dengan diberika penjelasan terlebih dahulu. Siklus II bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks hasil observasi dengan metode problem based introduction.   setelah   dilakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Keempat tahap dalam sebuah PTK dapat digambarkan pada bagan berikut ini:





       P                                             P
         R                           T               R                          T
    
  O                                           O
Siklus 1                                  Siklus II
Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas

Keterangan:
P : Perencanaan
T : Tindakan
O : Observasi
R  : Refleksi

1.      Prosedur Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Pada  tahap  perencanaan  siklus  I,  peneliti  mempersiapkan  perencanaan yang matang supaya pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Perencanaan   ini dilakukan dari awal sampai akhir penelitian, dengan demikian hasil penelitian ini sesuai  dengan  yang  diharapkan  oleh  peneliti.  Pada  tahap  perencanaan  ini dilakukan pembelajaran dengan materi menulis surat dinas dengan langkah-langkah: (1) peneliti  menyiapkan rencana pembelajaran menulis surat dinas, (2) peneliti   menyiapkan instrumen penelitian tes yaitu soal essay  beserta penilaiannya, sedangkan instrumen penelitian nontes yaitu berupa lembar observasi dan dokumentasi.
Tahap ini peneliti dapat mengkondisikan kelas agar siswa bisa fokus kepada materi yang akan disampaikan, karena bagaimanapun juga dalam pembelajaran kelas harus bisa kondusif agar mendapatkan hasil pembelajaran yang baik.
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri atas pendahuluan, inti, dan penutup.
(1) Pendahuluan
Pada tahap ini, menyampaikan  tujuan  pembelajaran secara umum. peneliti memberikan materi mengenai menulis surat dinas yang sudah disiapkan.
(2) Inti
Pada tahap ini, Peneliti  menyampaikan  materi menulis surat dinas. Siswa Menulis dengan seksama. Kegiatan selanjutnya adalah mendiskusikan tentang hal-hal yang belum siswa pahami dari hasil pemaparan materi tersebut, setelah semuanya selesai kemudian siswa ditugaskan untuk menulis surat dinas dengan dibimbing oleh guru langsung agar dapat tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Di akhir pembelajaran tugas siswa dikumpulkan dan guru mengoreksi hasil tersebut untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis surat dinas.
 (3) Penutup
Pada tahap ini, peneliti dan siswa mengadakan refleksi dan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Di akhir pembelajaran peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada hari itu.
c. Pengamatan
Peneliti mengamati perilaku belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung yaitu tentang sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis surat dinas, keaktifan siswa dalam bertanya dan menanggapi pendapat teman serta keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut dari awal hingga akhir pelajaran. Hal-hal yang diamati yaitu sikap dan aktivitas siswa dalam kegiatan menulis, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan, keaktifan siswa dalam memberikan pertanyaan dan tanggapan yang berkaitan dengan isi surat dinas, serta perilaku positif dan perilaku negatif terhadap proses pembelajaran.
d. Refleksi
Tahap ini peneliti selanjutnya melakukan refleksi yaitu mengevaluasi, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan pada siklus I. Peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes. Hasil analisis ini digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. Apabila pada siklus I ditemukan kekurangan-kekurangan atau kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dan peneliti dalam pembelajaran menulis surat dinas, maka pada siklus II akan ditindaklanjuti dan dilakukan tindakan untuk memperbaikinya. Kemudian peneliti dapat melakukan perbaikan terhadap rencana kegiatan pada siklus II.

2.      Prosedur Tindakan pada Siklus II
a. Perencanaan
Siklus II ini dilakukan sebagai usaha meningkatkan kemampuan  siswa dalam menulis surat dinas, sekaligus digunakan untuk mengetahui peran serta siswa selama mengikuti proses pembelajaran tersebut. Adapun rencana tindakan yang perlu dilakukan pada perencanaan siklus II adalah menyusun perbaikan rencana pembelajaran keterampilan menulis surat dinas dengan menggunakan metode drill, menyusun perbaikan instrumen yang berupa data nontes, yaitu lembar observasi, menyusun instrumen yang berupa tes dan kriteria penilaiannya.
b.  Tindakan
Secara garis besar tindakan yang dilakukan pada siklus II sama dengan yang dilakukan pada siklus I, yaitu :
(1) Pendahuluan
Kegiatan pada  tahap  pendahuluan,  peneliti  menanyakan  keadaan  siswa, mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pembelajaran. Peneliti meminta siswa untuk lebih konsentrasi dan memberikan motivasi pada siswa untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menulis.
(2) Inti
Kegiatan pada tahap inti, peneliti melakukan perbaikan pada siklus I, dengan memperhatikan saran-saran dari siswa tentang kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Misalnya memberi bimbingan pada saat penulisan surat dinas, atau menjelaskan format yang harus digunakan dalam penulisan surat dinas, serta hal lain yang dapat menggugah motivasi dan perhatian siswa. Siswa juga diminta untuk aktif dalam kegiatan tersebut agar kegiatan belajar berjalan dengan lancar.
(3) Penutup
Kegiatan pada tahap penutup, peneliti dan siswa melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang telah dipelajari dan manfaat yang diperoleh siswa. Peneliti dan siswa membuat simpulan terhadap pembelajaran menulis.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Apakah siswa lebih aktif dan antusias serta adanya perubahan dari sebelumnya ketika mengikuti pelajaran tersebut, peneliti berharap pada siklus II ini ada peningkatan kemampuan dan perubahan perilaku belajar siswa dalam menulis surat dinas. Kegiatan siklus II ini, peneliti mengamati perubahan tindakan dan perilaku siswa pada proses pembelajaran dengan membuat catatan penting yang dapat digunakan sebagai data.
d. Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode drill dalam pembelajaran menulis surat dinas, untuk membuat simpulan dari pelaksanaan kegiatan dan tindakan serta perilaku siswa yang terjadi selama pembelajaran pada siklus II. Analisis kinerja siswa ini meliputi sejauh mana siswa itu  aktif  dan  antusias  dalam  mengikuti  kegiatan pembelajaran.

B.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam pembelajaran menulis surat dinas dengan menggunakan metode drill ini adalah siswa kelas X IPS A SMAN 14 Kabupaten Tangerang. Penggunaan metode ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis surat dinas. Peneliti memilih kelas X IPS A SMAN 14 Kabupaten Tangerang sebagai subjek  penelitian dan berharap agar hasil penelitian ini dapat mengubah dan mengarahkan perilaku siswa ke arah perilaku yang positif.

C.    Variabel Penelitian
Variabel yang  digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah keterampilan siswa dalam menulis teks hasil laporan observasi dengan metode Problem Based Introduction

1.      Variabel menulis teks laporan hasil observasi
Variabel menulis hasil alporan observasi adalah proses kegiatan menulis yang menghasilkan sebuah tulisan yang bertujuan agar siswa mampu menulis laporan hasil pengamatannya hususnya hasil obserasi. Keterampilan menulis sangat dibutuhkan di kalangan masyarakat, terutama siswa terjun di dunia jurnalis. Keterampilan menulis yang dilakukan oleh siswa kelas X IPS SMAN Kabupaten Tangerang dapat diperoleh dari hasil siswa dalam menulis laporan observasi serta mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

2.      Variabel pembelajaran  metode Problem Based Inroduction
Pembelajaran dengan menggunakan model problem based intruction merupakan pemodelan belajar yang mengenalkan siswa terhadap permasalahan. Tahapan pembelajaran ini dimulai dengan guru memperkenalkan ke pada siswa dengan suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian hasil kerja siswa. Model ini sangatlah tepat diterapkan pada latihan menulis hasil laporan observasi. Guru mengenalkan latarbelakan masalah objek yang akan diteliti dengan pengamatan secara survei langsung, setelah siswa mulai mengenal situasi masalah yang hendak ia lakukan observasi maka penugasan demi penugasan dianjurkan oleh guru untuk memperoleh laporan akurat yang dapat disajikan siswa sebagai penulis laporan teks observasi. Metode yang diggunakan dalam pembelajaran menulis teks observasi ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Materi menulis teks observasi sebelumnya sudah disampaikan pada siklus I dan II, siswa hanya diberikan latihan-latihan dan pengamatan langsung.

D.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal yang dikerjakan oleh siswa pada akhir kegiatan menulis. Instrumen nontes berupa lembar observasi.
           

Tabel 1
Rubrik Penilaian Menulis laporan Teks Observai
No
Aspek Penilaian
Skor
Bobot
Skor x Bobot
1
2
3
4
5
1
Isi.





4
20
2
Struktur Teks





4
20
3
Kosakata





3
15
4
Kalimat





3
15
5
Mekanik





3
15
Jumlah Skor:

20
100


Tabel 2
Kriteria Penilaian Teks Laporan Hasil Observasi

No.
Aspek Penilaian
Skor
Skor x Bobot
Kriteria Penilaian
Kategori
1
Ketepatan isi
5
20
Sangat baik sempurna:
mengusai topik tulisan; substantif; pengembangan pernyataan umum atau klasifikasi^anggota/aspek yang dilaporkan secara lengkap; relevan dengan topik yang dibahas
Sangat Baik
4
16
Cukup - baik :
cukup menguasai permasalahan; cukup memeadai; pengembangan tesis terbatas; relevan dengan topik, tetapi kurang terpirinc
Baik
3
12
Sedang - cukup :
penguasaan permasalahan terbatas; subtansikurang; pengembangan topik tidak memadai

Cukup
2
8
Sangat KurangKurang
tidak mengusai permasalahan; tidakada substansi; tidak relevan; tidak layak nilai

Kurang
2
Struktur Teks
5
20
Sangat baik
sempurna:
 ekspresi lancar; gagasan terungkappadat dengan jelas; tertata dengan baik; urutan logis(pernyataanumum atau klasifikasi^ anggota/aspek yang dilaporkan); kohesif

Sangat Baik
4
16
Cukup
baik :
kurang lancar; kurang terorganisasi; tetapi ideutama tenyatakan; pendukung terbatas; logis, tetapi tidaklengkap

Baik
3
12
Sedang
cukup :
tidak lancar; gagasan kacau atau tidak terkait;urutan dan pengembangan kurang logis

Cukup
2
8
Sangat Kurang
 Kurang :
tidak komunikatif; tidak terorganisasi; tidak layak nilai

Kurang
3
Kosa Kata
5
15
Sangat baik
sempurna:
penguasaan kata canggih; pilihan katadan ungkapan efektif; menguasai pembentukan kata;penggunaan register tepat

Sangat Baik
4
12
Cukup
baik :
penggunaan kata memadai; pilihan bentuk dan penggunaan kata/ungkapan kadang-kadang salah tetapi tidakmengganggu

Baik
3
9
Sedang
cukup :
pengusaan kata terbatas; sering terjadikesalahan bentuk, pilihan, dan penggunaan kosakata/ungkapan;makna membingungkan atau tidak jelas

Cukup
2
6
Sangat Kurang
 Kurang :
pengetahuan tentang kosakata, ungkapan dan pembentukan kata rendah; tidak layak nilai
Kurang
4
Ketepatan kalimat
5
15
Sangat baik
sempurna:
konstruksi kompleks dan efektif;terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, presposisi)

Sangat Baik
4
12
Cukup
baik :
konstruksi sederhana, tetapi efektif; terdapat kesalahan kecil pada konstruksi kompleks; terjadi sejumlah kesalahan penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, presposisi), tetapi makna cukup jelas
Baik
3
9
Sedang
cukup :
terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat tunggal/kompleks (sering terjadi kesalahan pada kalimatnegasi, urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, kalimat fragmen, pelesapan; makna membingungkan atau kabur

Cukup
2
6
Sangat Kurang
 Kurang :
tidak menguasai tata kalimat;terdapat banyak kesalahan; tidak komunikatif; tidak layak nilai

Kurang
5
Mekanik
5
15
Sangat baik
sempurna
: mengusai aturan penulisan; terdapatsedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapitaldan penataan paragraf

Sangat Baik
4
12
Cukup
baik :
kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tandabaca, penggunaan huruf kapital dan penataan paragraf, tetapitidak mengaburkan makna

Baik
3
9
Sedang
cukup :
Sering terjadi kesalahan
ejaan, tanda baca,penggunaan huruf kapital dan penataan paragraf; tulisan tangantidak jelas; makna membingungkan atau kabur

Cukup
2
6
Sangat Kurang
 Kurang :
tidak menguasai aturan penulisan;terdapat banyak kesalahan
ejaan, tanda baca, penggunaan hurufkapital dan penataan paragraf; tulisan tidak terbaca; tidak layaknilai

Kurang

Tabel 3
 Kategori Penilaian Aspek Menulis Surat Resmi
No
Kategori
Skor
1.
2.
3.
4.
5.
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
86-100
70-85
60-69
50-59
0-49

Berdasarkan kategori penilaian tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis surat dinas berkategori  sangat  baik,  baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Siswa dikatakan mencapai kategori sangat baik jika mencapai skor 86-100, kategori baik 70-85, kategori cukup 60-69, kategori kurang 50-59, dan kategori sangat kurang dengan nilai 0-49.
Nilai tersebut diperoleh dari tes yang dilakukan sekali dalam tiap siklus dan dilakukan di akhir siklus. Diperoleh pada siklus I nilai keterampilan menulis surat resmi siswa, lalu hasil tes pada siklus I tersebut ditindaklanjuti pada siklus II.
Berikut tabel rincian perolehan nilai tiap siswa.
Tabel 4
Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa

No.
Nama
Responden
Nilai
Nilai
 Katagori

1
2
3
4
5


1.
R-1







2.
...


















Keterangan:

1 = Ketepatan Isi
2 = Struktur Teks
3 = Kosa Kata
4 = Ketepatan kalimat
5 = Mekanik


3.      Instrumen Non Tes

Bentuk   instrumen   nontes   yang   digunakan   peneliti   yaitu   pedoman observasi. Instrumen nontes digunakan untuk mengetahui aktivitas dan potret kegiatan siswa dalam belajar mengajar.
a. Pedoman Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati perilaku siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Tujuan observasi ini untuk memperoleh data tentang perilaku siswa pada siklus I dan siklus II. Hal-hal yang diamati yaitu sikap dan aktivitas siswa dalam kegiatan menulis, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan, keaktifan siswa dalam memberikan pertanyaan dan tanggapan yang berkaitan dengan isi surat dinas, serta perilaku positif dan perilaku negatif terhadap proses pembelajaran. Ketika siswa berdiskusi peneliti juga mengamati bagaimana sikap dan perilaku siswa, apakah mereka benar-benar berdiskusi atau tidak. Setiap melaksanakan beberapa pengamatan di atas peneliti berkolaborasi dengan guru.
            Tabel 5
Pedoman Obsevasi Siklus I dan Siklus II
No.
Nama Responden
Aspek Observasi
Ya        =  

Tidak   =   -
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
R-1















2.
.....















1)      Siswa memperhatikan contoh surat resmi yang disajikan guru.
2)      Kegiatan/keaktifan siswa untuk memberikan ide/gagasan saat pembelajaran.
3)      Kesungguhan siswa dalam tes menulis surat resmi.
4)      Sikap positif siswa dalam mengerjakan/menulis hasil laporan observasi
5)      Siswa memperhatikan contoh surat resmi yang disajikan guru.
6)      Kegiatan/keaktifan siswa untuk memberikan ide/gagasan saat pembelajaran.
7)      Kesungguhan siswa dalam tes menulis surat resmi.
8)      Sikap positif siswa dalam mengerjakan/menulis surat resmi.
9)      b. Dokumentasi
10)  Dokumentasi digunakan untuk merekam kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto. Kegiatan yang didokumentasikan meliputi, pada saat guru menyampaikan materi, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, kegitan siswa pada pembelajaran keterampilan menulis, kegiatan diskusi,   dan pada saat refleksi pembelajaran.
E.     Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Tes
Data diperoleh dari hasil tulisan siswa yang ditugaskan oleh guru sebanyak dua kali. Pertama dilakukan pada pembelajaran siklus I. Sedangkan hasil tulisan kedua dilakukan pada pembelajaran siklus II. Pada hasil siklus I dianalisis, dari hasil analisis akan diketahui kekurangan siswa dalam keterampilan menulis surat dinas. Hasil analisis pada siklus I ini digunakan sebagai evaluasi untuk menghadapi hasil pada siklus II. Setelah dianalisis, hasil siklus II dapat diketahui peningkatan keterampilan menulis surat dinas dengan metode PBI
2. Teknik Nontes
a. Observasi
Observasi dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung, dengan membuat catatan-catatan khusus mengenai perilaku siswa. Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan lembar observasi untuk dijadikan pedoman dalam pengambilan data.
Peneliti  menyampaikan  materi menulis surat dinas dengan metode drill. Pada saat latihan menulis berlangsung peneliti melakukan observasi, dengan cara mengamati siswa dari arah depan dan belakang kelas. Keadaan dan suasana lingkungan kelas juga diamati oleh peneliti. Kemudian peneliti mengamati beberapa siswa yang termasuk dalam daftar pengamatan, sehingga semua hasil pengamatan tersebut ditulis dan selanjutnya diproses lebih lanjut.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan pada awal kegiatan pembelajaran, saat pembelajaran berlangsung, dan pada akhir pembelajaran. Dokumentasi ini dilakukan dengan cara meminta bantuan seorang teman untuk mengambil gambar pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
F.     Teknik Analisis Data
1. Teknik Kuantitatif
Watson mengemukakan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah yang didasari oleh falsafah positivisme logical yang beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum dan prediksi.
Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil kerja siswa dalam menulis surat dinas pada siklus I dan siklus II. Analisis data secara kuantitatif dihitung dengan cara merekap nilai yang diperoleh, menghitung nilai komulatif, menghitung nilai rata-rata, dan menghitung presentase.
Presentase dihitung dengan rumus sebagai berikut.

NP = NK  x 100%
    Si

Keterangan :
NP                   : Presentase nilai siswa
NK                  : Nilai komulatif
Si                     : Skor ideal

Hasil penghitungan kemampuan menulis surat dinas dari masing-masing siklus dibandingkan, hasilnya akan diketahui peningkatan kemampuan menulis surat dinas dengan metode PBI




.











Contoh Surat Lamaran Pekerjaan yang Dibutuhkan Oleh Industri dan Instansi

            Surat lamaran pekerjaan merupakan surat resmi yang ditujukan untuk instansi atau lembaga yang bertujuan untuk mendapatkan pekerj...