BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kurikulum disempurnakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, pengembangan kurikulum
dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mutu pendidikan yang tinggi
menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penyerapan hak asasi manusia,
kehidupan demokratis, globalisasi,
dan otonomi daerah.
Pemberlakuan Kurikulum K13 oleh pemerintah
menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dan inovatif dalam belajar, mampu mengembangkan potensi
dirinya. Dalam Kurikulum K13, standar kompetensi mata pelajaran
Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat keterampilan berbahasa, yaitu belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya
(Depdiknas 2003a:2).
Pembelajaran menulis pada
siswa SMA yang dilaksanakan selama ini kurang produktif. Guru pada umumnya menerangkan
hal-hal yang berkenaan dengan teori menulis. Sementara
pelatihan menulis yang sebenarnya jarang dibahas atau disampaikan, seperti penggunaan
tanda baca dalam menulis,
memadukan kalimat, menyatukan
paragraf yang baik, kurang mendapat
perhatian. Padahal tujuan pembelajaran
bahasa Indonesia di SMA adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan
bahasa yang meliputi kemahiran
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemahiran bahasa merupakan proses belajar bahasa yang pada
umumnya melalui hubungan yang teratur (Depdiknas 1994:1)
Keberhasilan belajar mengajar
bergantung pada faktor-faktor
pendukung terjadinya pembelajaran yang efisien.
Beberapa faktor mengajar yang perlu diperhatikan supaya proses belajar
berlangsung baik adalah kesempatan
untuk belajar, pengetahuan awal siswa, refleksi,
motivasi, dan suasana yang mendukung. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, diharapkan dapat tercipta situasi belajar
mengajar yang memungkinkan
siswa melakukan aktivitas secara optimal untuk mencapai tujuan keterampilan berbahasa yang
terdiri atas empat keterampilan
yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tanpa tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan
kegiatan yang produktif
dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis
harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Keterampilan menulis tidak akan dimiliki seseorang secara otomatis, melainkan harus
melalui latihan dan praktik secara
terus-menerus. Dengan menulis secara terus-menerus dan latihan yang sungguh-sungguh, keterampilan
tersebut dapat dimiliki oleh siapa
saja. Keterampilan itu juga bukanlah suatu
keterampilan
yang
sederhana,
melainkan menuntut
sejumlah
kemampuan. Betapapun
sederhananya tulisan yang dibuat, penulis
tetap dituntut memenuhi
persyaratan seperti yang dituntut apabila menulis
tulisan yang rumit.
Selanjutnya menulis
sebagai salah satu komponen keterampilan berbahasa dan bersastra, memiliki
kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Keberhasilan siswa
dalam mengikuti pelajaran di sekolah banyak ditentukan oleh keterampilan
menulis. Selain dapat memudahkan siswa berpikir secara kritis, menulis juga
dapat digunakan siswa untuk mengomunikasikan perasaan, pendapat, dan pengalaman
kepada orang lain. Pada era globalisasi yang serba modern ini, keterampilan
menulis dapat meningkatkan taraf hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan
pembinaan yang intensif terhadap kemampuan menulis dengan tidak mengabaikan
aspek bahasa yang lain. Hal ini senada dengan pernyataan Tarigan (1986:1),
bahwa keterampilan menulis bersifat fungsional terhadap pengembangan diri
siswa, baik untuk studi, melanjutkan studi maupun untuk terjun di masyarakat.
Dengan keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan
kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana menyalurkan
kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat melatih keterampilan
menulis melalui ragam kegiatan menulis yang dipelajari di sekolah. Ragam
kegiatan menulis itu ada dua, yakni menulis sastra dan menulis nonsastra.
Kompetensi menulis yang terdapat pada kelas X SMA terdiri atas jenis teks
laporan obesrvasi, teks anekdot, dan teks eksposisi, teks prosedural kompleks,
dan teks negosiasi. Materi menulis teks laporan hasil observasi tercantum dalam
salah satu kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia
untuk kelas X, yakni 4.2. Memproduksi teks hasi observasi secara baik secara
lisan maupun tulisan. Teks laporan obeservasi merupakan salah satu jenis teks
baru dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, teks laporan observasi
merupakan jenis teks berbasis pengamatan, maka teks ini mampu mengasah kepekaan
siswa terhadap lingkungan. Sebenarnya siswa sudah menggunakan teks ini dalam
kehidupan sehari-hari, namun siswa tidak menyadari bahwa teks tersebut adalah
teks laporan hasil observasi. Hal lain yang membuat teks laporan observasi
penting untuk dipelajari adalah teks ini dipelajari pada dua jenjang pendidikan
yang berbeda, yaitu kelas VII SMP dan kelas X SMA. Kemunculannya pada dua jenjang
pendidikan yang berbeda ini membuktikan bahwa teks laporan hasil observasi
penting untuk dikuasai.
Mengingat
pentingnya teks laporan dikuasai oleh siswa, guru sangat berperan dalam proses
pembelajaran. Guru dituntut mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat.
Namun, pada kenyataannya guru seringkali hanya menyampaikan teori definisi teks
laporan hasil observasi, struktur pembentukan teks laporan hasil observasi, dan
unsur-unsur kebahasaan yang ada dalam teks laporan hasil observasi. Pengajaran
bahasa Indonesia di sekolah cenderung bersifat hafalan serta kurang sesuai
dengan pengembangan kemampuan siswa. Guru menganggap siswa akan mampu menulis
teks laporan hasil observasi hanya dengan diberikan teori saja. Akan tetapi,
teori yang diberikan secara monoton akan membuat siswa jenuh dan malas menulis.
Penjelasan teori yang terlalu teoritis membuat siswa bingung ketika menulis
teks laporan hasil observasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini
sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis teks observasi pada siswa kelas X A SMAN
14 Kabupaten Tangerang setelah mengikuti
pemmbelajaran dengan pendekatan problem based introduction.
2.
Bagaimanakah perubahan tingkah
laku siswa kelas X
A SMAN 14 Kabupaten Tangerang setelah belajar dengan menggunakan pembelajaran
problem based introuction
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1.
Mendeskripsikan
peningkatan
keterampilan
menulis
teks
observasi
pada siswa kelas X IPS A SMAN 14 Kabupaten Tangerang setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem based introduction.
2.
Mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VIIIA SMP Negeri Kajoran Kabupaten Magelang setelah pembelajaran menulis teks berita
dengan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai
manfaat teoretis maupun
praktis.
1.
Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis
penelitian ini
adalah menambah khasanah
pengetahuan tentang menulis teks observasi. Selain itu, mengembangkan
teori pembelajaran menulis teks observasi melalui
pembelajaran dengan pendekatan problem based introduction.
2.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis
penelitian ini adalah bagi
guru, siswa, dan peneliti.
a.
Manfaat bagi guru adalah memberikan
alternatif pemilihan
pendekatan pembelajaran menulis teks observasi dan dapat mengembangkan
keterampilan guru Bahasa dan Sastra
Indonesia, khususnya dalam menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan.
b.
Manfaat
bagi siswa adalah dapat meningkatkan
keterampilan menulis teks berita.
c.
Manfaat bagi peneliti
adalah dapat menambah wawasan mengenai
penulisan teks observasi dan metode problem based introduction.
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
A.
Landasan
Teoritis
a.
Hakikat
menulis
Salah
satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam komunikasi adalah
keterampilan menulis. Keterampilan menulis adalah suatu proses berpikir yang dituangkan
dalam bentuk tertulis. Ide atau gagasan tersebut kemudian dikembangkan dalam
wujud rangkaian kalimat. Hasil kegiatan menulis dibaca orang lain. Agar orang
lain dapat membaca tulisan tersebut dituntut adanya bahasa yang mudah dipahami.
Oleh karena itu, keterampilan ini membutuhkan perhatian dan keseriusan dari
seluruh penyelenggara pendidikan, terutama guru dan kurikulum yang mendukung.
Menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung
tidak tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan
yang produktif dan ekspresif.
Dalam kegiatan menulis ini, penulis
harus terampil memanfaatkan
grafologi,
struktur kata, dan kosa kata.
Keterampilan
menulis tidak akan datang
secara otomatis, melainkan
harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Tarigan 1986:3-4).
Sujanto (1988: 56) mengungkapkan
bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang dilandasi dengan pengetahuan kebahasaan, baik tentang
kaidah-kaidah maupun laras-larasnya dan menulis juga merupakan suatu proses yang tidak mungkin datang adanya latihan.
Menurut Akhadiah (1997:3) menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan
bahasa sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan
sebuah sistem komunikasi antar
manusia yang menggunakan
simbol atau lambang
bahasa yang sudah disepakati pemakaiannya.
Komunikasi tertulis terdapat empat
unsur yang terlibat di dalamnya,
yaitu (1) penulis sebagai suatu
pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) saluran atau medium
tulisan, (4) pembaca sebagai penerima
pesan.
Dari berbagai pendapat
di atas dapat
disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain dengan
medium bahasa yang telah disepakati bersama dan tidak
secara tatap muka. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif, maka keterampilan ini harus selalu dilatihkan dan disertai dengan praktek
yang teratur.
b.
Tujuan
Menulis
Menurut Sujanto
(1988: 68) tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri
seseorang. Tulisan mengandung
nada yang serasi dengan maksud dan tujuannya. Menulis tidak mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan serasi, tetapi harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan
tersebut.
Semi
(1990:19) berpendapat bahwa tujuan menulis
adalah: (1) memberikan arahan, yakni memberikan
petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu; (2) menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang sesuatu hal yang diketahui oleh orang lain; (3) menceritakan
kejadian, yaitu memberikan informasi tentang sesuatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu; (4) meringkaskan, yaitu membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi
singkat; (5) meyakinkan, yaitu tulisan
yang berusaha meyakinkan orang
lain agar setuju atau sependapat dengannya.
Menurut Syafie’ie (1988:51-52), tujuan menulis dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: (1) Mengubah keyakinan pembaca; (2) Menanamkan pemahaman
sesuatu terhadap pembaca; (3) Merangsang proses berpikir pembaca; (4) Menyenangkan
atau menghibur pembaca; (5) Memberitahu pembaca; dan (6) Memotivasi pembaca.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk mengekspresikan perasaan, memberi informasi,
mempengaruhi pembaca, meyakinkan, dan memberi hiburan.
Tujuan menulis juga dapat memberikan
arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian, memberikan informasi tentang sesuatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu, meringkas atau membuat rangkuman
suatu tulisan sehingga menjadi lebih
singkat.
c. Manfaat Menulis
Menulis merupakan sesuatu yang
kompleks. Kekompleksitasan menulis terletak pada tuntutan kemampuan
menyelaraskan beberapa aspek, yaitu kemampuan menuangkan ide, gagasan, pendapat
yang diramu dengan aturan yang ada, serta keinginan pembaca. Seorang penulis
perlu memiliki kemampuan mengungkapkan sesuatu dari tahap prapenulisan sampai
dengan perevisian, karena menulis selain untuk membaca tulisan seseorang kalau
tulisan itu dikemas sesuai dengan keadaan pembacanya. Dengan demikian, mau
tidak mau penulis harus memiliki nalar, menghubung-hubungkan, serta
membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. Seorang
penulis dalam menulis harus memiliki keterampilan menyerap, mencari, dan
menguasai informasi yang berhubungan dengan topik tulisan sehingga dengan
wawasan itu pembaca menjadi ketagihan membaca tulisannya karena pembaca merasa
puas. Hal-hal itulah yang menyebabkan kegiatan menulis merupakan sesuatu yang
sangat sulit sehingga orang/siswa kurang berminat untuk dapat menulis dengan
baik dan benar.
Akhadiah, dkk (1991 dalam Suriamiharja dkk. 1997:4-5) banyak manfaat yang
didapat dari kegiatan menulis bagi penulis itu sendiri yang diantaranya adalah
(1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya; (2) penulis dapat
terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan; (3) penulis dapat lebih banyak
menyerap, mencari, serta menguaasai informasi sehubungan dengan topik yang
ditulis; (4) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara
sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat; (5) penulis akan dapat
meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif; (6) dengan menulis
sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu
dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret; (7)
dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif; dan (8)
dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berpikir serta
berbahasa secara tertib dan teratur.
Akhadiah (1997 : 14) mengemukakan bahwa manfaat menulis adalah (1) menulis
menyumbang kecerdasan; (2) menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreatif;
(3) menulis menumbuhkan keberanian; dan (4) menulis mendorong kemauan dan
kemampuan mengumpulkan informasi.
Dari pendapat
di atas dapat
disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah dapat membantu untuk mengungkapkan kemampuan menulis, mengembangkan daya imajinatif dan kreatif, dan menulis
sangat membantu penulis menjadi terbiasa berpikir
sistematis serta berbahasa secara tertib dan
teratur.
d.
Hakikat
Teks Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (Dalam Djoroto 2015:19). Observasi merupakan
suatu proses yang sangat kompleks, yang tersusun dari berbagai proses biologis
& psikologis. Yang terpenting diantara keduanya ialah proses-proses ingatan
& pengamatan.
Nawawi & Martini (2010 :50) Menjelaskan bahwa observasi merupakan
pengamatan juga pencatatan secara sistematik yang terdiri dari unsur-unsur yang
muncul dalam suatu gejala-gejala yang dalam objek penelitian. Hasilnya akan
dilaporkan dalam sebuah laporan yang disusun sistematis sesuai dengan
aturannya.
Prof. Heru (1999:15-17). Mengemukakan observasi sebagai studi yang
dilaksanakan secara sengaja, terarah, sistematis, dan terencana sesuai tujuan
yang akan dicapai dengan mengamati & mencatat seluruh kejadian dan fenomena
yang terjadi dan mengacu pada syarat dan aturan dalam penelitian atau karya
ilmiah. Hasil observasi ilmiah ini, dijelaskan secara teliti, tepat dan akurat,
serta tidak diperbolehkan untuk ditambah atau dikurangai dan dibuat-buat sesuai
keinginan peneliti.
Dari pengertian di atas mengenai teks observasi, penulis dapat
menyimpulkan bahwasannya teks observasi adalah teks yang yang dicatat
berdasasrkan hasil pengamatan dengan teliti dan terperinci dilakukan secara
sengaja, terarah, sistematis sehingga terencana sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
e.
Tujuan
teks observasai
Teks observasi
memiliki beberapa tujuan yang terkandung di dalamnya (1) Mengatasi suatu
persoalan; (2) Menemukan teknik atau cara terbaru; (3) Mengambil keputusan yang
lebih efektif; (4) Melakukan pengawasan dan/atau perbaikan dan; (5) Mengetahui
perkembangan suatu permasalahan.
f. Fungsi teks observasi
Ada pun fungsi dari teks observasi
untuk: (1). Melaporkan tanggung jawab sebuah tugas dan kegiatan pengamatan; (2)
Menjelaskan dasar penyusunan kebijaksanaan, keputusan atau pemecahan masalah
dalam pengamatan; (3) Sarana untuk pendokumentasian; (4) Sebagai sumber
informasi terpercaya.
g. Ciri-ciri teks obserfasi
1. Bersifat objektif, global, universal.
2. Objek yang akan dibicarakan/dibahas adalah
objek tunggal.
3. Ditulis secara lengkap dan sempurna.
4. Ditulis berdasarkan fakta sesuai dengan
pengamatan yang telah dilakukan.
5. Informasi teks merupakan hasil penelitian
terkini yang sudah terbukti kebenarannya.
6. Tidak mengandung prasangka/dugaan/pemihakan
yang menyimpang atau tidak tepat.
7. Saling berkaitan dengan hubungan berjenjang
antara kelas dan subkelas yang terdapat di dalamnya. Dan Sifat teks laporan
ini: Bersifat informatif, bersifat komunikatif, bersifat objektif.
h. Model Pembelajaran Problem Based Intruduction
Model
pembelajaran Problem based instruction menggunakan pendekatan pembelajaran
siswa pada masalah kehidupan nyata. Problem based instruction dikembangkan
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan
keterampilan intelektual, belajar berbagai peran, melalui pengalaman belajar
dalam kehidupan nyata. Arends dalam Trianto (2007 : 68) menjelaskan bahwa
Problem based instruction merupakan pendekatan belajar yang menggunakan
permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan siswa, mengembangkan
inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan
kemandirian dan percaya diri. Problem based instruction berpusat pada siswa.
Problem based
instruction merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran yang dapat
digunakan guru dalam mengaktifkan siswa dalam belajar (Abbas dkk 2007: 8). Guru
berkewajiban menggiring siswa untuk melakukan kegiatan . guru sebagai penyaji
masalah, memberikan instruksi-instruksi, membimbing diskusi, memberikan
dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri . guru
diharapkan dapat menberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang
kondusif dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang
bervariasi. Pelaksanaan Problem based instruction didukung dengan beberapa
metode mengajar diantaranya metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, penemuan dan
pemecahan masalah.
i.
Karakter Problem Based Intruction (PBI)
Karakter
Problem Based Instruction Arends dalam Trianto (2007: 69-70) menyatakan bahwa
pengembangan Problem based instruction memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Pengajuan pertanyaa atau masalah problem based
intruction menggunakan masalah yang berpangkal kehidupan nyata siswa di
lingkungannya. Masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami, siswa sehingga
tiddak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan
penyelesaian siswa.
2.
Adanya
keterkaitan antar disiplin ilmu apabila problem based intruction
diterpkan pada pembelajaran mata pelajaran tertentu, hendaknya memilih masalah
autentik sehingga ketika memecahkan masalah siswa melibatkan berbagai disiplin
ilmu.
3.
Penyelidikan autentik Problem based instruction
mewajibkan siswa melakukan penyelidikan autentik menganalisis dan merumuskan
masalah, mengansumsi, mengumpulkan dan menganalisis data, bila perlu melakukan
eksperimen, dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah.
4.
Menghasilkan dan memamerkan hasil suatu karya. Problem
based instruction menuntut siswa menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan bentuk penyelesaian masalah dan
menyusun hasil pemecahan masalah berupa laporan atau mempresentasikan hasil
pemecahan masalahan di depan kelas.
5.
Kolaborasi
Problem based instruction memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Guru juga perlu memberikan minimal bantuan pada siswa, tetapi harus mengenali seberapa penting bantuan itu bagi siswa agar mereka lebih saling bergantung satu sama lain, dari pada bergantung pada guru.
Problem based instruction memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Guru juga perlu memberikan minimal bantuan pada siswa, tetapi harus mengenali seberapa penting bantuan itu bagi siswa agar mereka lebih saling bergantung satu sama lain, dari pada bergantung pada guru.
6.
Tahapan Problem Based Instruction tahapan
Problem based instruction dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan
situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian hasil kerja siswa.
Problem
based instruction dapat dijadikan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri. Siswa harus mengansumsi, mengumpulkan informasi, menginterpretasi
data, menginferensi, menganalisis, dan mengevaluasi. Ratumanan dan Holil (2008)
berpendapat bahwa pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks.
Problem
based instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir dan pemecahan masalah, keterampilan berpikir dan perlibatan siswa
dalam pengalaman nyata. Model ini dapat digunakan untuk melatih dan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah serta untuk
mendapatkan pengetahuan tentang konsep – konsep penting. (Abbas dkk 2007:9).
Siswa dituntut untuk mengajukan pertanyaan dan permasalahan serta mencari
sendiri jawaban atau pemecahan dari permasalahan yang diajukan melalui
penyelidikan autentik dan kerjasama dengan teman kelompoknya sehingga diharapkan
dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian yang dilakukan
Sumarsono (2006), penerapan Problem based instruction dapat meningkatkan hasil
belajar pada pembelajaran fisika. Penerapan Problem based instruction
diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar yang
diharapkan dapat tercapai.
B.
Kerangka
Berfikir
Keterampilan
menulis teks observasi siswa kelas X IPS A SMAN 14 Kabupaten Tangerang. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor itu diantaranya dari siswa itu
sendiri, maupun strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pemilihan
strategi dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar.
Selama ini pembelajaran teks hasil obsservasi yang dilakukan oleh guru masih
dengan strategi ceramah dan pemberian contoh secara lisan. Hal ini menyebabkan
siswa tidak memiliki contoh konkrit, sehingga siswa kesulitan dalam menuangkan
idenya dalam menulis teks hasil observasi
Dengan munculnya permasalahan tersebut,
peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini
dilakukan melalui dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap
perencanan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Silkus I
dimulai dengan tahap Perencanaan, yaitu berupa rencana kegiatan menentukan
langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah.
Pada tahap tindakan,
peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Tindakan yang dilakukan adalah mengadakan proses pembelajaran menulis
lapran hasil observasi dengan pendekatan problem based introduction. Tahap
observasi dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Hasil yang
diperoleh dalam pembelajaran kemudian direfleksi. Kelebihan yang diperoleh
dalam siklus I dipertahankan, sedangkan kelemahan yang ada dicarikan
pemecahannya dalam siklus II.
Setelah perencanaan pada siklus II diperbaiki,
tahap berikutnya yaitu tindakan, dan observasi dilakukan sama dengan siklus I.
Hasil yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi pada siklus II kemudian
direfleksi untuk menentukan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam proses
pembelajaran. Hasil tes siklus I dan siklus II kemudian dibandingkan dalam
hal pencapaian nilai.
Hal ini digunakan untuk mengetahui keterampilan teks laporan
hasil observasi dengan metode problem based introduction.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Jenis penelitian
ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk kajian
yang bersifat reflektif. Arikunto mendefinisikan PTK
adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Jadi dapat disimpulkan PTK adalah kajian yang dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasional dan memiliki tujuan memperbaiki praktik pembelajaran yang telah dilaksanakan. Suharismi Arikunto, Penelitian
Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h. 58
Sementara
Mills mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “systematic inquiri” yang
dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan
informasi tentang berbagai praktik yang dilakukan. Informasi ini digunakan
untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan “reflective practice”
yang berdampak positif dalam berbagai praktik persekolahan, termasuk
memperbaiki hasil belajar siswa. Suharismi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006) h. 58
Menurut
Hopkins, dalam Sadikin dkk, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas ,(Jakarta: Insan Cendikia,
2008:13) PTK disebut dengan classroom action
research”. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh
perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Hal ini disebabkan jenis penelitian
ini mampu menawarkan berbagai cara dan prosedur baru yang lebih mengena dan
bermanfaat dalam memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses
pembelajaran di kelas Beberapa
karakteristik tersebut dapat dijelaskan bahwa kegiatan PTK dipicu oleh
permasalahan praktis yang secara langsung dihayati dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pengajaran di kelas. Guru
sebagai jajaran staf pengajar di suatu sekolah secara praktis mengetahui
berbagai permasalahan yang dihadapi di kelasnya berkaitan dengan
permasalahan pengajaran. Melaksanakan PTK, para guru, pendidik, dan
peneliti yang terlibat akan secara
langsung mendapatkan metode yang tepat yang dibangun sendiri melalui tindakan
yang telah diuji kemanjurannya dalam proses pembelajaran.
PTK juga dapat berfungsi sebagai pemicu dan pemacu
kemampuan guru dalam penelitian jabatan guru sehingga dapat dikatakan bahwa PTK
berpijak pada dua landasan, yaitu : pertama, involvement merupakan keterlibatan
langsung guru dalam penggelaran PTK. Kedua, improvement merupakan komitmen guru
untuk melakukan perbaikan, termasuk perubahan dalam cara berpikir dan kerja.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X IPS A SMAN 14 Kabupaten Tangerang menjadi lebih memuaskan, komponen
yang dikaji dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A, materi pelajaran,
peralatan, hasil belajar, dan media pembelajaran.
Praktik pembelajaran tersebut terbagi menjadi dua 2
siklus yaitu: siklus I, dan siklus II. Siklus I merupakan kegiatan penulis
untuk mengetahui kondisi siswa mengenai kemampuan menulis surat dengan diberika
penjelasan terlebih dahulu. Siklus II bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis teks hasil observasi dengan metode problem based
introduction. setelah dilakukan perbaikan terhadap proses
pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas
empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan
tahap refleksi. Keempat tahap dalam sebuah PTK dapat digambarkan pada bagan
berikut ini:

R T R T
O O
Siklus
1 Siklus
II
Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan:
P : Perencanaan
T : Tindakan
O : Observasi
R :
Refleksi
1. Prosedur
Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan
siklus I, peneliti
mempersiapkan perencanaan yang
matang supaya pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Perencanaan ini dilakukan dari awal sampai akhir penelitian,
dengan demikian hasil penelitian ini sesuai
dengan yang diharapkan
oleh peneliti. Pada
tahap perencanaan ini dilakukan pembelajaran dengan materi
menulis surat dinas dengan langkah-langkah: (1) peneliti menyiapkan rencana pembelajaran menulis surat
dinas, (2) peneliti menyiapkan
instrumen penelitian tes yaitu soal essay
beserta penilaiannya, sedangkan instrumen penelitian nontes yaitu berupa
lembar observasi dan dokumentasi.
Tahap ini
peneliti dapat mengkondisikan kelas agar siswa bisa fokus kepada materi yang
akan disampaikan, karena bagaimanapun juga dalam pembelajaran kelas harus bisa
kondusif agar mendapatkan hasil pembelajaran yang baik.
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri atas pendahuluan, inti, dan
penutup.
(1)
Pendahuluan
Pada tahap
ini, menyampaikan tujuan pembelajaran secara umum. peneliti memberikan
materi mengenai menulis surat dinas yang sudah disiapkan.
(2) Inti
Pada tahap ini, Peneliti
menyampaikan materi menulis surat
dinas. Siswa Menulis dengan seksama. Kegiatan selanjutnya adalah mendiskusikan
tentang hal-hal yang belum siswa pahami dari hasil pemaparan materi tersebut,
setelah semuanya selesai kemudian siswa ditugaskan untuk menulis surat dinas
dengan dibimbing oleh guru langsung agar dapat tercapainya suatu tujuan
pembelajaran. Di akhir pembelajaran tugas siswa dikumpulkan dan guru mengoreksi
hasil tersebut untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis surat dinas.
(3) Penutup
Pada tahap ini, peneliti dan siswa mengadakan refleksi dan evaluasi
terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Di akhir pembelajaran peneliti
bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada hari itu.
c. Pengamatan
Peneliti mengamati perilaku belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung yaitu tentang sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis
surat dinas, keaktifan siswa dalam bertanya dan menanggapi pendapat teman serta
keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut dari awal hingga akhir
pelajaran. Hal-hal yang diamati yaitu sikap dan aktivitas siswa dalam kegiatan
menulis, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan, keaktifan siswa dalam
memberikan pertanyaan dan tanggapan yang berkaitan dengan isi surat dinas,
serta perilaku positif dan perilaku negatif terhadap proses pembelajaran.
d. Refleksi
Tahap ini peneliti selanjutnya melakukan refleksi yaitu mengevaluasi,
melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan pada siklus I.
Peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes. Hasil analisis ini
digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik pembelajaran yang
dilakukan pada siklus I. Apabila pada siklus I ditemukan kekurangan-kekurangan
atau kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dan peneliti dalam
pembelajaran menulis surat dinas, maka pada siklus II akan ditindaklanjuti dan
dilakukan tindakan untuk memperbaikinya. Kemudian peneliti dapat melakukan
perbaikan terhadap rencana kegiatan pada siklus II.
2. Prosedur
Tindakan pada Siklus II
a.
Perencanaan
Siklus II ini dilakukan sebagai usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis surat dinas, sekaligus
digunakan untuk mengetahui peran serta siswa selama mengikuti proses
pembelajaran tersebut. Adapun rencana tindakan yang perlu dilakukan pada
perencanaan siklus II adalah menyusun perbaikan rencana pembelajaran
keterampilan menulis surat dinas dengan menggunakan metode drill, menyusun
perbaikan instrumen yang berupa data nontes, yaitu lembar observasi, menyusun
instrumen yang berupa tes dan kriteria penilaiannya.
b. Tindakan
Secara garis besar tindakan yang dilakukan pada siklus II sama dengan yang
dilakukan pada siklus I, yaitu :
(1)
Pendahuluan
Kegiatan pada tahap pendahuluan,
peneliti menanyakan keadaan
siswa, mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pembelajaran.
Peneliti meminta siswa untuk lebih konsentrasi dan memberikan motivasi pada siswa
untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menulis.
(2) Inti
Kegiatan pada tahap inti, peneliti melakukan perbaikan pada siklus I,
dengan memperhatikan saran-saran dari siswa tentang kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I. Misalnya memberi bimbingan pada saat penulisan surat
dinas, atau menjelaskan format yang harus digunakan dalam penulisan surat
dinas, serta hal lain yang dapat menggugah motivasi dan perhatian siswa. Siswa
juga diminta untuk aktif dalam kegiatan tersebut agar kegiatan belajar berjalan
dengan lancar.
(3) Penutup
Kegiatan pada tahap penutup, peneliti dan siswa melakukan refleksi
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan apa yang telah dipelajari dan manfaat yang diperoleh
siswa. Peneliti dan siswa membuat simpulan terhadap pembelajaran menulis.
c.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Apakah siswa lebih
aktif dan antusias serta adanya perubahan dari sebelumnya ketika mengikuti
pelajaran tersebut, peneliti berharap pada siklus II ini ada peningkatan
kemampuan dan perubahan perilaku belajar siswa dalam menulis surat dinas.
Kegiatan siklus II ini, peneliti mengamati perubahan tindakan dan perilaku
siswa pada proses pembelajaran dengan membuat catatan penting yang dapat
digunakan sebagai data.
d. Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode drill
dalam pembelajaran menulis surat dinas, untuk membuat simpulan dari pelaksanaan
kegiatan dan tindakan serta perilaku siswa yang terjadi selama pembelajaran
pada siklus II. Analisis kinerja siswa ini meliputi sejauh mana siswa itu aktif
dan antusias dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
B. Subjek
Penelitian
Subjek penelitian dalam pembelajaran
menulis surat dinas dengan menggunakan metode drill ini adalah siswa kelas X
IPS A SMAN 14 Kabupaten Tangerang. Penggunaan metode ini diharapkan dapat
membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis surat dinas. Peneliti
memilih kelas X IPS A SMAN 14 Kabupaten Tangerang sebagai subjek penelitian dan berharap agar hasil penelitian
ini dapat mengubah dan mengarahkan perilaku siswa ke arah perilaku yang
positif.
C.
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah keterampilan siswa dalam menulis teks hasil
laporan observasi dengan metode Problem Based Introduction
1.
Variabel menulis teks laporan hasil observasi
Variabel menulis hasil alporan observasi adalah proses kegiatan
menulis yang menghasilkan sebuah tulisan yang bertujuan agar siswa mampu
menulis laporan hasil pengamatannya hususnya hasil obserasi. Keterampilan
menulis sangat dibutuhkan di kalangan masyarakat, terutama siswa terjun di
dunia jurnalis. Keterampilan menulis yang dilakukan oleh siswa kelas X IPS SMAN
Kabupaten Tangerang dapat diperoleh dari hasil siswa dalam menulis laporan
observasi serta mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
2.
Variabel pembelajaran metode Problem Based Inroduction
Pembelajaran dengan menggunakan model problem based intruction
merupakan pemodelan belajar yang mengenalkan siswa terhadap permasalahan.
Tahapan pembelajaran ini dimulai dengan guru memperkenalkan ke pada siswa
dengan suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian hasil kerja siswa. Model ini
sangatlah tepat diterapkan pada latihan menulis hasil laporan observasi. Guru
mengenalkan latarbelakan masalah objek yang akan diteliti dengan pengamatan
secara survei langsung, setelah siswa mulai mengenal situasi masalah yang
hendak ia lakukan observasi maka penugasan demi penugasan dianjurkan oleh guru
untuk memperoleh laporan akurat yang dapat disajikan siswa sebagai penulis
laporan teks observasi. Metode yang diggunakan dalam pembelajaran menulis teks
observasi ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis. Materi menulis teks observasi sebelumnya sudah disampaikan pada siklus
I dan II, siswa hanya diberikan latihan-latihan dan pengamatan langsung.
D.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian adalah tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal yang dikerjakan oleh
siswa pada akhir kegiatan menulis. Instrumen
nontes berupa lembar observasi.
Tabel 1
Rubrik Penilaian Menulis laporan
Teks Observai
No
|
Aspek Penilaian
|
Skor
|
Bobot
|
Skor x Bobot
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
Isi.
|
|
|
|
|
|
4
|
20
|
2
|
Struktur
Teks
|
|
|
|
|
|
4
|
20
|
3
|
Kosakata
|
|
|
|
|
|
3
|
15
|
4
|
Kalimat
|
|
|
|
|
|
3
|
15
|
5
|
Mekanik
|
|
|
|
|
|
3
|
15
|
Jumlah Skor:
|
|
20
|
100
|
Tabel 2
Kriteria
Penilaian Teks Laporan Hasil Observasi
No.
|
Aspek
Penilaian
|
Skor
|
Skor
x Bobot
|
Kriteria
Penilaian
|
Kategori
|
1
|
Ketepatan isi
|
5
|
20
|
Sangat baik sempurna:
mengusai topik tulisan; substantif; pengembangan pernyataan umum atau
klasifikasi^anggota/aspek yang dilaporkan secara lengkap; relevan dengan
topik yang dibahas
|
Sangat
Baik
|
4
|
16
|
Cukup - baik :
cukup
menguasai permasalahan; cukup memeadai; pengembangan tesis terbatas; relevan
dengan topik, tetapi kurang terpirinc
|
Baik
|
||
3
|
12
|
Sedang - cukup :
penguasaan permasalahan terbatas;
subtansikurang; pengembangan topik tidak memadai
|
Cukup
|
||
2
|
8
|
Sangat Kurang–Kurang
tidak
mengusai permasalahan; tidakada substansi; tidak relevan; tidak layak nilai
|
Kurang
|
||
2
|
Struktur
Teks
|
5
|
20
|
Sangat baik
sempurna:
ekspresi
lancar; gagasan terungkappadat dengan jelas; tertata dengan baik; urutan
logis(pernyataanumum atau klasifikasi^ anggota/aspek yang dilaporkan);
kohesif
|
Sangat
Baik
|
4
|
16
|
Cukup
baik :
kurang
lancar; kurang terorganisasi; tetapi ideutama tenyatakan; pendukung terbatas;
logis, tetapi tidaklengkap
|
Baik
|
||
3
|
12
|
Sedang
cukup :
tidak
lancar; gagasan kacau atau tidak terkait;urutan dan pengembangan kurang
logis
|
Cukup
|
||
2
|
8
|
Sangat Kurang
Kurang :
tidak komunikatif;
tidak terorganisasi; tidak layak nilai
|
Kurang
|
||
3
|
Kosa Kata
|
5
|
15
|
Sangat baik
sempurna:
penguasaan
kata canggih; pilihan katadan ungkapan efektif; menguasai pembentukan
kata;penggunaan register tepat
|
Sangat
Baik
|
4
|
12
|
Cukup
baik :
penggunaan
kata memadai; pilihan bentuk dan penggunaan kata/ungkapan kadang-kadang salah
tetapi tidakmengganggu
|
Baik
|
||
3
|
9
|
Sedang
cukup :
pengusaan
kata terbatas; sering terjadikesalahan bentuk, pilihan, dan penggunaan
kosakata/ungkapan;makna membingungkan atau tidak jelas
|
Cukup
|
||
2
|
6
|
Sangat Kurang
Kurang :
pengetahuan tentang kosakata, ungkapan dan
pembentukan kata rendah; tidak layak nilai
|
Kurang
|
||
4
|
Ketepatan kalimat
|
5
|
15
|
Sangat baik
sempurna:
konstruksi
kompleks dan efektif;terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi
kata, artikel, pronomina, presposisi)
|
Sangat
Baik
|
4
|
12
|
Cukup
–
baik :
konstruksi
sederhana, tetapi efektif; terdapat kesalahan kecil pada konstruksi kompleks;
terjadi sejumlah kesalahan penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata, artikel,
pronomina, presposisi), tetapi makna cukup jelas
|
Baik
|
||
3
|
9
|
Sedang
cukup :
terjadi
kesalahan serius dalam konstruksi kalimat tunggal/kompleks (sering terjadi kesalahan pada kalimatnegasi,
urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, kalimat fragmen, pelesapan; makna
membingungkan atau kabur
|
Cukup
|
||
2
|
6
|
Sangat Kurang
Kurang :
tidak
menguasai tata kalimat;terdapat banyak kesalahan; tidak komunikatif; tidak
layak nilai
|
Kurang
|
||
5
|
Mekanik
|
5
|
15
|
Sangat baik
sempurna
: mengusai
aturan penulisan; terdapatsedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan
huruf kapitaldan penataan paragraf
|
Sangat
Baik
|
4
|
12
|
Cukup
baik :
kadang-kadang
terjadi kesalahan ejaan tandabaca, penggunaan huruf kapital dan penataan
paragraf, tetapitidak mengaburkan makna
|
Baik
|
||
3
|
9
|
Sedang
cukup :
Sering
terjadi kesalahan
ejaan,
tanda baca,penggunaan huruf kapital dan penataan paragraf; tulisan
tangantidak jelas; makna membingungkan atau kabur
|
Cukup
|
||
2
|
6
|
Sangat Kurang
Kurang :
tidak
menguasai aturan penulisan;terdapat banyak kesalahan
ejaan,
tanda baca, penggunaan hurufkapital dan penataan paragraf; tulisan
tidak terbaca; tidak layaknilai
|
Kurang
|
Tabel 3
Kategori Penilaian Aspek Menulis Surat Resmi
No
|
Kategori
|
Skor
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
|
86-100
70-85
60-69
50-59
0-49
|
Berdasarkan kategori penilaian tersebut,
dapat diketahui bahwa
kemampuan siswa dalam menulis surat dinas berkategori sangat
baik,
baik,
cukup, kurang, dan sangat kurang. Siswa dikatakan mencapai kategori sangat baik jika mencapai skor 86-100, kategori baik 70-85, kategori cukup 60-69,
kategori kurang 50-59, dan kategori sangat kurang
dengan nilai 0-49.
Nilai tersebut diperoleh dari tes yang dilakukan sekali dalam
tiap siklus dan
dilakukan di akhir siklus. Diperoleh pada siklus I nilai keterampilan menulis
surat resmi siswa, lalu hasil tes
pada siklus I tersebut ditindaklanjuti pada siklus
II.
Berikut
tabel rincian perolehan nilai tiap siswa.
Tabel 4
Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa
No.
|
Nama
Responden
|
Nilai
|
Nilai
|
Katagori
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
||||
1.
|
R-1
|
|
|
|
|
|
|
|
||
2.
|
...
|
|
|
|
|
|
|
|
||
Keterangan:
1 = Ketepatan
Isi
2 = Struktur
Teks
3 = Kosa Kata
4 = Ketepatan kalimat
5 = Mekanik
3.
Instrumen
Non Tes
Bentuk instrumen
nontes yang digunakan peneliti
yaitu pedoman
observasi. Instrumen nontes digunakan untuk mengetahui aktivitas dan potret
kegiatan siswa dalam belajar mengajar.
a. Pedoman
Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati perilaku siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Tujuan observasi
ini untuk memperoleh data tentang perilaku siswa pada siklus I dan siklus
II. Hal-hal yang diamati yaitu sikap
dan aktivitas siswa dalam
kegiatan menulis, perhatian siswa terhadap materi yang
diberikan, keaktifan siswa dalam
memberikan pertanyaan
dan tanggapan yang berkaitan dengan isi surat dinas,
serta perilaku positif dan perilaku negatif terhadap proses pembelajaran. Ketika siswa berdiskusi peneliti juga mengamati bagaimana
sikap dan perilaku siswa, apakah mereka
benar-benar berdiskusi atau tidak. Setiap melaksanakan beberapa pengamatan di atas peneliti berkolaborasi dengan
guru.
Tabel 5
Pedoman Obsevasi Siklus I dan Siklus II
No.
|
Nama Responden
|
Aspek Observasi
|
Ya = √
Tidak =
-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|||
1.
|
R-1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
.....
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1)
Siswa memperhatikan contoh surat resmi yang disajikan guru.
2)
Kegiatan/keaktifan siswa untuk memberikan ide/gagasan saat pembelajaran.
3)
Kesungguhan
siswa dalam tes
menulis surat resmi.
4)
Sikap positif siswa dalam mengerjakan/menulis hasil laporan observasi
5)
Siswa
memperhatikan contoh surat resmi yang disajikan guru.
6)
Kegiatan/keaktifan
siswa untuk memberikan ide/gagasan saat pembelajaran.
7)
Kesungguhan
siswa dalam tes menulis surat resmi.
8)
Sikap
positif siswa dalam mengerjakan/menulis surat resmi.
9)
b.
Dokumentasi
10) Dokumentasi digunakan untuk merekam kegiatan siswa
dalam proses pembelajaran. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini
berupa foto. Kegiatan yang didokumentasikan meliputi, pada saat guru
menyampaikan materi, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, kegitan siswa
pada pembelajaran keterampilan menulis, kegiatan diskusi, dan pada saat refleksi pembelajaran.
E.
Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Tes
Data diperoleh dari hasil
tulisan siswa yang ditugaskan oleh guru sebanyak dua kali. Pertama dilakukan pada pembelajaran siklus I. Sedangkan hasil
tulisan kedua dilakukan pada pembelajaran siklus
II. Pada hasil siklus I dianalisis,
dari hasil analisis akan diketahui
kekurangan siswa dalam keterampilan menulis surat dinas.
Hasil analisis pada siklus I ini digunakan
sebagai evaluasi untuk menghadapi
hasil pada siklus II. Setelah
dianalisis, hasil siklus II dapat diketahui peningkatan keterampilan menulis surat dinas dengan metode PBI
2.
Teknik Nontes
a.
Observasi
Observasi dilaksanakan saat proses
pembelajaran berlangsung, dengan membuat catatan-catatan khusus mengenai perilaku siswa. Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan lembar observasi untuk
dijadikan pedoman dalam pengambilan
data.
Peneliti menyampaikan
materi menulis surat dinas
dengan metode drill. Pada saat latihan
menulis berlangsung peneliti melakukan
observasi, dengan cara mengamati siswa
dari arah depan dan belakang kelas. Keadaan dan suasana
lingkungan kelas juga diamati oleh peneliti. Kemudian peneliti mengamati
beberapa siswa yang termasuk dalam daftar pengamatan, sehingga semua hasil pengamatan tersebut ditulis dan selanjutnya diproses lebih lanjut.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan
pada awal kegiatan pembelajaran, saat pembelajaran
berlangsung, dan pada akhir pembelajaran. Dokumentasi ini dilakukan dengan cara meminta
bantuan seorang teman untuk mengambil gambar pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
F.
Teknik
Analisis Data
1. Teknik Kuantitatif
Watson
mengemukakan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian
ilmiah yang didasari oleh falsafah positivisme logical yang beroperasi dengan
aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum dan prediksi.
Teknik kuantitatif digunakan untuk
menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil kerja siswa dalam
menulis surat dinas pada siklus I dan siklus II. Analisis data secara
kuantitatif dihitung dengan cara merekap nilai yang diperoleh, menghitung nilai
komulatif, menghitung nilai rata-rata, dan menghitung presentase.
Presentase dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
NP = NK x 100%
Si
Keterangan :
NP :
Presentase nilai siswa
NK :
Nilai komulatif
Si :
Skor ideal
Hasil penghitungan kemampuan menulis
surat dinas dari masing-masing siklus dibandingkan, hasilnya akan diketahui
peningkatan kemampuan menulis surat dinas dengan metode PBI
.