"Teringat
tembang timangmu"
Karya:
Iqbal Qurnawan
Dalam
kesucian hati, ku meronta dan meringkih
Inginku
lontarkan kicauan manja pada bidadari dunia itu
namun
patahan kaca tak kuasa tuk kau mengerti
hingga ku
menggeliat di hamparan alas penuh kasih
Tangisku
mulai meraung, menginginkan belaian kasihmu
Kau
berlari membawa cinta tulus dalam jiwa
Menimang-nimangku
dalam lautan langit-langit
seraya
mencium wajah beliaku
Sajak
rindu yang ku kenali dan melekat di hati berkicau seperti ini
“mutiara
syurgaku, tidurlah dalam dekap kehangatanku
kelak
timang-timanglah Aku yang mulai rapuh terpahat oleh waktu”.
Demikian
ungkapmu
Aku tak
tau makna yang kau ungkapkan kala itu
hanya
senyum belia yang mampu kupancarkan dari wajah mungilku
Tak
sadar, betapa dalam kasih tersisip dalam bait katamu
Kini,
langkah kakiku menafsirkan pengorbananmu
Kau
bukanlah penebar harum tanpa bunga
dan
cahaya tanpa lentera
tapi
malaikat tak bersayap berhati permata
tiada
lagi wanita semulia dirimu
syurga
pun merindukan kehadiran mu
hingga
rida Semesta terletak di bawah telapakmu
Kronjo,
10 April 2016.
"Seumpama
Terjeda"
Iqbal
Qurnawan
Seumpama
waktu sejenak rehat dipangkumu
tiada
lagi pelukan yang kujauhkan dari isak malu
Seumpama
fajar tak mengundang petang
Kuserahkan
abdiku seutuhnya di bait sabdamu
Seumpama
takdir tak menghisap usiamu
Kupersembahkan
hal manis luput dari tangis
Hanya
seumpama di atas keningku
yang
mengusik lintas darahku
Kini kau
sebatas hidup di hati
Menjauh
dari sorot kornea bumi,
kala
kupungguk keranda suci yang mengakhiri.
Tangerang,
30 November 2017.
Tangisan Ibu Pertiwi
Iqbal Qurnawan
Tangisan ibu pertiwi menggetarkan
kota yang menua
Pulau jawa, selat sunda dirundung
resah dan pilu
Sekalipun itu merapi maka tak
sanggup lagi menahan racunnya
Melihat sangsaka yang hanya
dijunjung oleh rapat negara
Pejuang hanya bisa merintih perih
Melihat tirani dari politik tertawa
bersuka ria
Tetesan tinta hitam selalu ditorehkannya
Hingga warna bangsa menjadi hitam
tiada asa
Kini rintihan rakyat hanya sebagai
puyuh laga
Pejabat bangsa menutup rapat mata
hatinya
Dengan borgol saham dan lembaran
nominal
Harta, tahta, dan nafsu kerakusan
membungkus nurani
Sadarlah wahai penguasa negeri
Ingatlah
sang bunda merintih perih
atas
goresan tinta hitammu
Jadilah
raja adil raja disembah
Ingatlah
raja lalim raja disinggah
Tangerang 12 Maret
2016
No comments:
Post a Comment