Friday, December 28, 2018

(Alunan kata dipenghujung tahun penuh warna)


      Salam hangat untuk penikmat sajak yang tepatnya membaca dengan rasa. Kali ini kucoba menyajikan hidangan hangat dipenghujung akhir tahun 2018.
Bukan dengan cerita seperti sebelumnya; mencoba mendeskripsikan rasa dengan kata yang sesingkat-singkatnya.

(Alunan kata dipenghujung tahun penuh warna)



“Musim Dingin”

Aku membawamu dalam heningku
Di saat hujan tak sanggup mengeluh
Memberimu ruang di sela pekik gemercik
yang kuyup membasahi rasaku

Kehangatan itu kau cipta dengan cinta
Mengalir lembut menyentuh relung tanya
Merawat dan menjaga alir nadi yang terluka
Sejiwa berkontemplasi pada angan sejak lama

Cobalah kau menetap tinggal memberi nyawa
Menghidupi gelapnya sunyi
Menjadi pelita temaramnya sepi

Tangerang, 11 November 2018.


“Pelita Malam”

Selamat datang pelita malam
Salam sapa menjadi syahdu
saatku mengenalmu beberapa waktu silam
kau terlihat layu menimang sanggulmu

Merayu angin mengundangmu datang cukup melelahkan
Berjumpa memluk bayangmu memberi kesan menggairahkan
Tak seberapa beban jika kau berkata kesempurnaan

Jika kau hadir dekat dipangkuan
Tak ada perumpamaan yang tepat disejajarkan
Karena kau pujaan  insan hidung belang
Yang memburu  sanggul dibilik kesepian

20, Oktober 2018










“Tepi Sungai Pelipur Lara”

Sore ini kucoba membersamai senja yang ranum
Dari tubir sungai penuh sesak
Kubawa isi hatimu tuk berpijak
Di bawah rrangkum mega yang kuntum

Percakapan pun kumulai dari deretan bunga pemeluk pagar
Sengaja kusapa dia agar tak mudah layu; tetap hingar
Pelataran damai coba mengendapkan bayangmu
Menggerogoti sisa-sisa dentuman hebat
Meninggalkan sisa-material masa lalu
Beku , menggumpal bola gas seperti di masa arkaikum

Aaaaah ... !
Lupakanlah itu prolog masa dimana kau orang baru di kertasku
Semoga dari namamulah tintaku mengalir tanpa sembilu
Pun nafasku berhembus tak memburu
Di sepertiga malam ketika kumembujuk rayu.

Kemuning, 11 Desember 2018






“Rumahku”

Harus bagaimana lagi kutata rumahku
Yang anggun dan elok dengan lambang garudanya
Perkasa dengan merah putihnya
Kokoh dan tegak dengan pondasi Pancasila dan Undang-undang 45

Ruang tamuku sejuk dengan ragam agama dan budaya
Perabotan rumahku unik dan antik
Terpangpang bingkai-bingkai kelas tinggi yang menarik
Mulai dari masjid, kelenteng, pura, piara hingga gereja
Hanya ada dirumahku karunia Tuhan tak terhingga

Wahai sahabat dan sanak saudara
Tak usah kau datang merubah seisi rumahku
Cukuplah kau tinggali dengan sejatimu
Mencintai perbedaan dan mulailah menghargai
Menyadari bahwa kita berpijak di tubuh rumah yang sama.

Jatiuwung, 03 November 2018.







“Tragedi Selat Sunda”

Innalillahi Wainnailaihi Rojiun
Selembar duka menyelimuti Carita dan Pesisirnya
Amukan semesta pada mahluk bernyawa
Menghantui iman yang rapuh dijiwa
Baku hantam yang hebat berujung hilang nyawa,
dari mereka yang tak siap pulang pada waktunya
Malam pukul sembilan kejadiannya
Kami terlelap di tubir pantai menjadi insan lupa
Secara seksama asik berdansa sntah setatusnya
Tak ada peduli apa ujungnya, yang ada hanya pesta bergembira
Walau gemuruh cukup memberi tanda
Kami hirau seolah biasa saja
Hati dan seisinya lupa atas kuasa-Nya

Malam semakin asyik diiringi tembang ternama
Lampu berkelip mengubah panorama eksotis menjelma
Bercumburayu mungkin inilah tempatnya
Sampai akhirnya 30 menit berlalu begitu saja
Kami diterkam air laut yang murka
Mengombang ambing, menghantam ratusan jiwa
yang asik sebelumnya berhiporia

Ngeri !!!

Ketika mata terbuka; malam menutup cahaya
menjadi gelap penuh luka
tidak ada sorak bersua
pun lantunan merdu kipas-kipas pohon kelapa
Semua porak poranda menjerit menyebut asma-Nya
seolah menunjukkan iman kepadanya:
Astagfirullah...!
Masya Allah ...!
Gusti Allah ...!
Allahuakbar...!
Innalillaaah...!

Seketika sepi sejadi-jadinya
Bingkai wajah hilang merona
Luruh tubuh terdampar membiru bisu
Lalu kami dirundung duka dan pilu

Serang, 24 Desember 2018.






“Lakon Para Wayang”

Aku menghela nafas, saat bercerita pada gelapnya sunyi
Sebuah naskah berisi problematika negeri yang menjadi-jadi
Kisah ini cukup kusematkan pada pijar yang bernyanyi
Tanpa instrumental musikalisasi

Kau tau?
Hei apa kau juga tau?
Cukup kita yang rendah
Mampu mencium lakon yang lumrah
Jutaan mata berkedip cepat mencari ranum cahaya menderang
Tapi Aku tak sanggup lagi mendekap sinar uluran kebenaran
Semua mengaku benar sebagai insan pilihan
Memproklamirkannya di atas mimbar menjulang
Bahwa: PANCASILAIS, NASIONALIS, AGAMIS BERMARTABAT MERAKYAT,
adalah kain suci yang dikenakan
Mereka bertaruh kekuasaan dan kerakusan
demi kursi yang dikeramatkan
memfonis keadilan dengan standar rendahan
menyajikan kebohongan sebagai imitasi kebenaran
sampai tercapai kesejahteraan;
demi memenuhi celengan kemanusiaan.

Huuuuusttt !
Ironisnya lakon ini menjadi pijakan penonton para wayang
Membenarkan segala cacian yang dihalal-halalkan
Membela secarik sabda yang telah dilontarkan
Di atas pagelaran sandiwara
dan kemudian penonton bertepuk tangan hiporia
bersorak-sorak mendesak nurani
berjaya menginjak pekerti.

Kronjo, 14 Desember 2018.



“Cerimin Hitam”

Aku di ambang kerapuhan
Di penghujung kepunahan
Akalku bersahabat pada api
Imanku, imanku, imanku... berlari
Terbirit malu menuju hulu

Lagi-lagi kunistakan ajaran-Nya
Menggelombang hanyut lupa darat-Nya
Tak bosan-bosan kupeluk Istighfar
Tapi esok asma itu kembali terdampar

Wahai Yang Maha pengampun
Yang sudi memberi ampun
Yang terang penuh kasih sayang
Dimana daratanMu?
Gapai aku kejalan yang Kau sebut Sirotol Mustaqim
Aku terlena diombang-ambing masa lalu
Sungguh ku ingin kembali pada jalanMu.

Cibubur, 02 Desember 2017.





“Secangkir Kopi Pagi”

Seperti sediakala kutuangkan rindu
pada secangkir kopi yang melarutkan pilu
Seperti sediakala kuterima bayangmu
menari-nari di paruh waktu
Tanpa kusudahi gerakmu
yang memburu nafas jiwa peramu
Lalu segera kuteguk nuansamu
dalam manisnya kopi hitamku.

Tagerang, 25 Juli 2018.


“Kunci Dalam Damai”

Sudah tiada gurau yang bersemi
Tak ada alasan datang menepi
Pun celah untuk pergi
Cukuplah senyummu menetap dalam sanubari

Walau kadang tertatih-tatih
Menyapu ragu yang berlebih,
mengalah dan berserah
adalah jalan yang sunyi
agar kau tetap kembali.

Tangerang, 29 Juni 2018.


“Jalan Sunyi”

Aku ingin duduk di sampingmu
setiap saat mata terpejam
Bersandar di bahumu yang bukan tumpuanku
Aku hilang sadar
kala luka yang kau tanam menjalar
Tak ingin menghindar
Cukup butir permata yang jatuh
sebagai ramu pemudar

Aku ingin tetap terpejam dan bersandar
berkeluh kesah pada angin yang melambai-lambai
Hingga pintamu datang mengetuk jendela mataku
seolah kita baik-baik saja dan saling jatuh cinta.

Kronjo, 28 Juni 2018










“Raut Wajahmu”

Bising menyadarkan lelapku
Dari buayan ranjang masa lalu
Timbul ngilu
menatap wajahmu
kuterwang sirahnya
menguntum benih era baru
yang beriak idiologi radikal
tak berpangkal pancasila yang kekal
ku terawang pipi kanannya
memar, lebam karena pukulan telak koruptor
yang tak malu-malu menimbun uang kotor
kuterwang pipi sebelah kirinya
membengkak oleh serbuk narkotika
ku terawang mulutnya
sungguh lesu!, kaku
jauh dari ajaran spiritualnya
lalu sekujur tubuhnya memprihatinkan!
Penyakit fitnah kronis menjalar mengakar
Jampa-jampi tak mempan melawan
Sihir cacian dan fatwa remang membinasakan.

Tangerang 08 Agustus 2018.


"Bayang-Bayang Rindu"
Sepikul rindu menimang tubuh wanita pedalaman dengan pungguk mengendur tergopoh-gopoh kelelahan
 Langkahnya tak beraturan
tak mampu menahan terjalnya perjalanan

  Sepikul rindu meruncing hati pedalaman Sedih menatap bayang-bayang temaram Memudar, menipis teriris belati zaman Menyisakan bingkai kejayaan di waktu kelam  yang membias sukma wanita pedalaman

Sepikul rindu menimang kaki pedalaman Doanya tersusun menghadap pintu pengabulan Sujudnya menetap tiada kelenggangan  Tasbihnya berputar seiring tikaman roda zaman hanya demi pengangkatan rindu di malam yang kelam.

01, Syaban 1438. H.

Contoh Surat Lamaran Pekerjaan yang Dibutuhkan Oleh Industri dan Instansi

            Surat lamaran pekerjaan merupakan surat resmi yang ditujukan untuk instansi atau lembaga yang bertujuan untuk mendapatkan pekerj...